sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

ARCI Raih Pinjaman Sindikasi Jumbo, Simak Prospek Sahamnya

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
20/11/2025 10:17 WIB
PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) mengamankan pinjaman sindikasi bernilai jumbo dan mendapat angin segar dari proyeksi kinerja oleh analis sekuritas.
ARCI Raih Pinjaman Sindikasi Jumbo, Simak Prospek Sahamnya. (Foto: Archi Indonesia)
ARCI Raih Pinjaman Sindikasi Jumbo, Simak Prospek Sahamnya. (Foto: Archi Indonesia)

IDXChannel – PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) mengamankan pinjaman sindikasi bernilai jumbo dan mendapat angin segar dari proyeksi kinerja oleh analis sekuritas.

Didukung lonjakan harga emas global dan potensi peningkatan produksi dalam dua tahun ke depan, prospek ARCI dinilai semakin kuat.

Menurut keterbukaan informasi, Rabu (19/11/2025), ARCI dan entitas anak memperoleh fasilitas pinjaman sindikasi yang dipimpin Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Syariah Indonesia (BRIS). Total pembiayaan yang dikantongi mencapai USD421 juta dan Rp475 miliar, dengan tambahan opsi accordion hingga Rp50 juta.

Dana tersebut akan digunakan untuk kebutuhan umum perusahaan. Usai penarikan fasilitas ini, rasio utang terhadap ekuitas ARCI meningkat dari sekitar 1,09x menjadi sekitar 1,35x.

Menilik Prospek ARCI

Dalam riset yang terbit pada 14 Oktober 2025, UOB Kay Hian menaikkan proyeksi kinerja ARCI seiring harga emas bergerak jauh lebih kuat dari perkiraan dan prospek produksi dinilai semakin solid. Dalam riset terbarunya, sekuritas tersebut juga menaikkan asumsi harga emas untuk dua tahun ke depan serta memutakhirkan outlook laba perusahaan.

UOB Kay Hian kini mematok asumsi harga emas rata-rata sebesar USD3.400 per troy ons pada 2025 dan USD3.800 per ons pada 2026, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya di USD3.200 dan USD3.400.

Sementara itu, proyeksi produksi juga direvisi naik, seiring ekspektasi kontribusi lebih besar dari pit Araren. Total produksi ARCI diperkirakan mencapai 120.000 ons pada 2025 dan meningkat menjadi 131.000 ons pada 2026. Dengan penyesuaian ini, laba bersih ARCI diperkirakan mencapai USD105 juta pada 2025 dan USD146 juta pada 2026.

Kenaikan proyeksi tersebut tak lepas dari lonjakan harga emas yang menembus rekor baru di atas USD4.000 per ons. Minat investor global terhadap aset lindung nilai menguat, didorong pembelian berkelanjutan oleh bank sentral dan investor ritel, serta likuiditas pasar yang masih longgar menjelang pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

Partisipasi investor China juga melonjak, terlihat dari lonjakan stok emas di Shanghai Futures Exchange (SHFE) dalam dua bulan terakhir. Kekhawatiran terkait potensi shutdown pemerintahan AS dan memanasnya tensi dagang Amerika Serikat (AS)-China turut menambah sentimen positif terhadap emas.

UOB Kay Hian juga menyoroti peluang ARCI untuk masuk ke indeks global VanEck Gold Miners ETF, setelah Basis Utama Prima melepas seluruh kepemilikan 6,1 persen di ARCI per 30 September 2025. Free float ARCI kini sekitar 15 persen, sehingga memenuhi salah satu syarat masuk ke ETF global tersebut.

Selain free float minimal 10 persen, emiten juga harus memiliki kapitalisasi pasar di atas USD150 juta, nilai transaksi rata-rata tiga bulan minimal USD1 juta per hari, serta volume perdagangan bulanan di atas 250.000 saham selama enam bulan. Pendapatan dari operasi emas atau perak juga harus melampaui 50 persen dari total pendapatan.

Di sisi lain, UOB memperbarui proyeksi harga emas global dalam laporan riset ekonominya untuk kuartal IV-2025, mematok estimasi USD3.700 per troy ons untuk kuartal tersebut dan naik bertahap ke USD4.000 per troy ons pada kuartal III-2026.

Dengan berbagai pembaruan tersebut, UOB Kay Hian mempertahankan rekomendasi beli  untuk ARCI dan menaikkan target harga menjadi Rp2.050 per unit dari sebelumnya Rp1.280. Valuasi ini menggunakan EV/EBITDA untuk tahun buku 2026 sebesar 9,8 kali, mengacu pada rata-rata tiga tahun.

UOB menilai ARCI menarik karena prospek pertumbuhan laba yang kuat dalam tiga tahun ke depan, peluang penambahan cadangan, serta potensi monetisasi tambang bawah tanah.

Sekuritas ini juga mencatat sejumlah risiko yang perlu dicermati, seperti potensi keterlambatan proyek, gangguan operasional akibat bencana alam, ketidakpastian regulasi, serta volatilitas harga komoditas. Namun, dengan revisi naik proyeksi laba 2025-2026 sebesar 17-38 persen, prospek ARCI dinilai tetap menjanjikan. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement