sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Asa IHSG Mengejar Rekor Psikologis Baru

Market news editor Taufan Sukma/IDX Channel
07/08/2023 21:32 WIB
pada akhir Juli 2023 lalu, posisi indeks sempat sangat dekat pada level psikologis 7.000-an, dengan bertengger pada 6.931,36 pada Senin (31/7/2023).
Asa IHSG Mengejar Rekor Psikologis Baru (foto: MNC Media)
Asa IHSG Mengejar Rekor Psikologis Baru (foto: MNC Media)

IDXChannel - Sejumlah pelaku pasar masih terus menggantung asa terhadap arah langkah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Semester I-2023.

Harapan ini setidaknya didasarkan pada proyeksi positif sederet analis, yang menilai bahwa indeks memiliki ruang yang cukup untuk kembali bertengger ke level psikologi 7.000-an.

Pun, meski terus didera dengan beragam sentimen negatif sejak akhir tahun hingga terpaksa harus kembali bersandar ke level 6.900-an, pada dasarnya performa IHSG secara keseluruhan tak bisa dipandang sebelah mata.

Pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (7/8/2023), indeks parkir pada posisi 6.886,36, surplus 0,49 persen dibanding penutupan perdagangan pekan lalu.

Meski ditutup menguat, laju IHSG secara umum bisa dianggap tengah mengendur, mengingat pada akhir Juli 2023 lalu, posisi indeks sempat sangat dekat pada level psikologis 7.000-an, dengan bertengger pada 6.931,36 pada Senin (31/7/2023).

Dua Kali Lipat
Terakhir kali IHSG mampu menembus level 7.000-an adalah saat pertengahan kedua tahun lalu, di mana laju indeks sempat ditopang oleh kegamangan investor global terhadap situasi geopolitik internasional.

Meski, dengan kondisi tersebut pula, keseimbangan suplai dan permintaan pangan dan energi dunia menjadi terganggu, sehingga memicu fluktuasi harga komoditas yang kemudian berimbas buruk pada pergerakan indeks.

Namun demikian, bila ditarik setidaknya 10 tahun ke belakang, performa IHSG bisa dinilai sangat memuaskan, dengan lonjakan akumulatif lebih dari 60 persen.

Pada pembukaan perdagangan Januari 2013 lalu, IHSG tercatat masih berada pada 4.329,98, atau berjarak 3.400 poin lebih dari posisi indeks saat ini.

Pada tahun itu, langkah IHSG cukup ringan hingga sukses mencatatkan level tertingginya pada 17 Mei 2013, dengan duduk santai di level 5.145,68. Meski, pada 6 September 2013 sempat tengkurap di level terendah pada 4.072,35.

Sejak saat itu, berbagai sentimen domestik dan juga asing terus menerbangkan indeks untuk dapat mencetak level psikologis baru.

Hingga pada 2 Februari 2018 upaya tersebut berhasil, saat indeks mencapai rekor baru pada 6.628,82. Bahkan, hanya setengah bulan berselang, rekor kembali tercipta pada 19 Februari 2018, di mana indeks mentas di level 6.689,29.

Sayang, seperti lazimnya terjadi saat indeks meroket, aksi beli seketika marak terjadi, yang saat itu dipicu oleh tekanan dari luar negeri, berupa potensi kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS).

Pandemi
Setelah cukup lama nyaman di level psikologis 6.000-an, posisi IHSG kemudian benar-benar tersungkur pada 2020, di mana indeks sempat menyentuh level terendahnya di 4.545,57 pada 27 Maret 2020.

Secara tahunan, indeks saat itu anjlok hingga 5,09 persen, meski kemudian berhasil rebound setahun setelahnya, saat indeks pada 2021 melonjak hingga 10,08 persen. Saat itu, kapitalisasi pasar hingga akhir tahun tercatat mencapai Rp8.255,62 triliun.

Usai tersungkur demikian dalam, laju IHSG sejak saat itu seolah benar-benar tanpa beban, sehingga mampu merangkak naik dalam jangka waktu yang relatif singkat.

Puncaknya, indeks mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah (all time high/ATH) pada sesi I Kamis (15/9/2022), dengan gagah bertengger pada 7.363,42.

Meski, gejolak harga komoditas di level domestik, seperti harga minyak goreng dan sejumlah kebutuhan pokok masyarakat membuat indeks beberapa kali terbanting, hingga terpaksa meninggalkan level psikologis 7.000-an.

Optimistis
Namun demikian, pelaku pasar dan kalangan analis secara keseluruhan masih mengapresiasi kinerja IHSG dengan mampu menempel ketat di kisaran 6.900-an.

Dengan posisi ini, laju indeks untuk kembali dapat menaklukkan level 7.000-an dinilai tinggal menunggu waktu, dan sangat mungkin terealisasi pada semester II-2023 ini.

Kondusifitas perekonomian nasional di tengah suhu politik yang kian memanas jelang Pilpres 2024, misalnya, melambungkan proyeksi sejumlah analis bahwa IHSG memungkinkan untuk kembali bertengger di level 7.000-an.

Sentimen positif tersebut, sepertinya, bakal beradu pengaruh dengan 'maju-mundur cantik'nya perekonomian domestik AS seiring fluktuasi inflasi di Negeri Paman Sam itu dalam beberapa waktu terakhir.

Dengan kondisi tersebut, kabar dari Bank Sentral AS, Federal Reserves (The Fed), seolah menjadi hal yang paling ditunggu bagi pelaku pasar, baik asing maupun domestik, untuk dapat menentukan arah langkah investasinya ke depan.

Maka, dengan milestone pelemahan yang telah empat kali terjadi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, yaitu pada 2013, 2015, 2018 dan 2020, kiranya bakal ke mana kah arah laju IHSG di sepanjang tahun ini menurut Anda? (TSA)

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement