Sayangnya, Rupiah terus tergerus hingga menembus level psikologis di atas Rp16.100 terhadap dolar Amerika Serikat. Sementara inflasi IHK mencapai 3,05% secara tahunan (yoy).
Ekspektasi ekonomi yang kuat menjadi sinyal tingkat konsumsi masih tetap tinggi, sehingga membuat ongkos pinjaman tetap tinggi, bahkan lebih.
Di pasar surat utang, Suhindarto menilai situasi ini dapat memunculkan penerbitan surat utang dengan tenor pendek, demi mengantisipasi mahalnya ongkos pendanaan.
“Hingga akhir Maret kemarin mostly surat utang yang diterbitkan oleh korporasi itu bertenor satu tahun gitu ya, jadi kami melihat memang ini strategi perusahaan menghadapi suku bunga saat ini,” terangnya.
Suku bunga tinggi dapat meningkatkan cost-of-fund perusahaan. Suhindarto mengkhawatirkan hal ini dapat berdampak terhadap keuangan korporasi.