IDXChannel – Dua emiten yang sahamnya dikoleksi oleh Lo Kheng Hong, yaitu PT Intiland Development Tbk (DILD) dan PT ABM Investama Tbk (ABMM), merilis laporan keuangannya di semester I-2022.
Dari laporan keuangan emiten, kinerja keuangan DILD–emiten yang bergerak di sektor properti–anjlok di semester I-2022.
Ini ditandai dengan pendapatan bersih yang anjlok hingga minus 14,13 persen secara year on year (yoy). Adapun pendapatan bersih yang dicatatkan di semester I-2022 turun menjadi Rp960,41 miliar.
Selain itu, DILD juga membukukan rugi bersih yang membengkak sebesar 604,14 persen dari periode yang sama tahun lalu. Sementara rugi bersih DILD membengkak dari Rp23,14 miliar di semester I-2021 menjadi Rp162,92 miliar di semester I-2022.
Membengkaknya rugi bersih emiten disebabkan oleh menurunnya pendapatan disertai meningkatnya beban perusahaan. Beban yang naik signifikan di periode ini adalah beban komponen pendanaan atas liabilitas kontrak sebesar Rp204,79 miliar atau naik sebesar 25,21 persen.
Sedangkan DILD juga membukukan beban lain-lain bersih persen sebesar Rp14,52 miliar di semester I-2022. Padahal, di periode yang sama tahun lalu, DILD masih memperoleh laba lain-lain bersih sebesar Rp8,21 miliar.
Lo Kheng Hong Berani Borong Saham Intiland (DILD) Saat Rugi, Prospek Emiten Properti Bakal Cerah?
Selain itu, pendapatan bersih DILD juga mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan pendapatan terbesar yakni di segmen penjualan high rise yang mencapai minus 68,55 persen. Sementara jumlah pendapatan dari segmen ini di semester I-2022 mencapai Rp166,11 miliar.
Pendapatan lain yang menurun yakni pendapatan perkantoran dan pendapatan lain-lain masing-masing anjlok hingga minus 23,92 persen dan 58,23 persen.
Adapun sektor pendapatan perkantoran menyumbang Rp103,11 miliar dan pendapatan lain-lain menyumbang Rp388,50 juta terhadap total pendapatan di semester I-2022.
Berdasarkan sifatnya, pendapatan dari kontrak dengan pelanggan juga merosot sebesar minus 20,81 persen menjadi Rp622,28. Sementara pendapatan sewa juga turun hingga minus 23,60 persen menjadi Rp101,91 di periode ini.
Adapun total asetnya di periode ini hanya tumbuh 0,64 persen menjadi Rp16,57 triliun.