sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Beda Nasib saat Rupiah Menguat, Sektor Ritel Cuan, Emiten Komoditas Boncos

Market news editor Melati Kristina - Riset
17/04/2023 15:02 WIB
Menguatnya rupiah sepanjang 2023 membuat sektor ritel hingga farmasi ‘ketiban’ cuan. Namun ada sektor yang dirugikan dari sentimen ini.
Beda Nasib saat Rupiah Menguat, Sektor Ritel Cuan, Emiten Komoditas Boncos. (Foto: MNC Media)
Beda Nasib saat Rupiah Menguat, Sektor Ritel Cuan, Emiten Komoditas Boncos. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Emiten ritel dan sektor lainnya mendapat keuntungan dari menguatnya rupiah sepanjang 2023. Kendati demikian, terdapat saham dari berbagai sektor yang dirugikan dari penguatan rupiah.

Melansir laporan CGS CIMB pada April 2023 dengan tajuk “Sensitivity Analysis on Every 5% IDR Appreciation Impact on Corporate Earnings”, rupiah telah terapresiasi hingga 6 persen sepanjang 2023 seiring penurunan indeks US Dollar (DXY).

“Menurut kami, pelemahan USD dapat bertahan karena inflasi Amerika Serikat (AS) terus menurun,” tulis riset tersebut.

Sementara, menurut konsensus Bloomberg, nilai tukar pada 2023 mencapai Rp14.700/USD atau terapresiasi sebesar 5 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Menguatnya rupiah terhadap USD tentunya turut mendongkrak kinerja keuangan, terutama laba bersih sejumlah emiten. CGS CIMB menilai, emiten ritel dan produsen unggas diuntungkan dari penguatan rupiah karena memiliki margin yang lebih rendah.

Selain itu, menurut CGS CIMB, emiten farmasi seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) juga secara teori terkena dampak positif karena memiliki biaya impor yang relatif tinggi.

Meski menguntungkan bagi dua sektor di atas, penguatan rupiah justru merugikan bagi kinerja sejumlah sektor lainya terutama bagi eksportir.

CGS CIMB menyebutkan, perusahaan komoditas pada umumnya merugi karena harga jual dalam USD menjadi merosot akibat penguatan rupiah sebagai dampak dari penurunan DXY.

“Selain perusahaan komoditas, beberapa perusahaan yang melakukan kegiatan ekspor, seperti PT Mayora Indah Tbk (MYOR) juga dirugikan dari penguatan rupiah,” tulis CGS CIMB dalam risetnya.

Kinerja Saham Sektor Ritel hingga Komoditas

Sebagaimana disebutkan dalam riset di atas, kinerja sektor ritel hingga perusahaan farmasi diuntungkan penguatan rupiah, yang berdampak terhadap kinerja saham emitennya.

Meski saham-saham ritel menguat secara year to date (YTD), saham produsen unggas dan farmasi justru melemah sepanjang 2023.

Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada lanjutan sesi II, Senin (17/4), saham emiten ritel, yakni PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) menguat sebesar 17,66 persen sepanjang 2023.

Kendati demikian, saham farmasi, yakni KLBF justru terkoreksi 2,39 persen, disusul oleh saham produsen ayam PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) yang merosot hingga 17,76 persen secara YTD.

Sementara, saham emiten konsumen yang melakukan kegiatan ekspor, MYOR malah menguat sepanjang 2023.

Menurut data BEI pada periode yang sama, saham MYOR naik sebesar 5,20 persen secara YTD. (Lihat grafik di bawah ini.)

Di sisi lain, saham emiten nikel hingga batu bara seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) terkontraksi sepanjang 2023 seiring dengan penguatan rupiah.

BEI mencatat, saham INCO terkoreksi hingga 9,15 persen secara YTD, disusul duo saham batu bara ADRO dan ADMR yang masing-masing ambles sebesar 24,94 persen dan 37,76 persen sepanjang 2023.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement