sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

BI Kerek Suku Bunga, Tengok Gerak Saham Properti-Konstruksi-Menara

Market news editor Melati Kristina - Riset
21/10/2022 10:47 WIB
Saham sektor properti hingga menara masih kompak menguat pagi ini di tengah keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan.
BI Kerek Suku Bunga, Tengok Gerak Saham Properti-Konstruksi-Menara. (Foto: MNC Media)
BI Kerek Suku Bunga, Tengok Gerak Saham Properti-Konstruksi-Menara. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Saham emiten sektor properti, konstruksi, dan menara masih menguat pada perdagangan Jumat pagi ini (21/10) di tengah kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).

Di sektor properti, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) memimpin melesatnya saham emiten properti. Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (21/10) pukul 10.17, harga saham APLN menguat 3,15 persen menjadi Rp131/saham.

Sementara saham emiten properti lainnya yang masih menguat yaitu PT Alam Sutera Reality Tbk (ASRI) yakni 1,19 persen, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) yaitu 1,10 persen, dan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) yakni 1,05 persen.

Sedangkan saham sektor konstruksi kompak menguat pada perdagangan pagi ini. PT PP Persero Tbk (PTPP) misalnya, yang sahamnya melesat hingga 1,75 persen pada Jumat (21/10) pukul 10.17, mengungguli emiten konstruksi lainnya.

Adapun emiten BUMN Karya lain seperti PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) juga berada di zona hijau pada pembukaan perdagangan Jumat (21/10).

Melansir data BEI pada Jumat (21/10) pukul 10.17, baik ADHI, WIKA, dan WSKT masing-masing mencatatkan kenaikan harga saham sebesar 0,81 persen, 0,55 persen, dan 0,44 persen.

Terakhir, yakni sektor menara yang harga saham emitennya juga masih menghijau. Melesatnya saham sektor properti dipimpin oleh PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang sahamnya tumbuh hingga 1,36 persen menjadi Rp1.120/saham.

Selain TOWR, emiten menara lainnya yang harga sahamnya mengalami penguatan yaitu PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL). Menurut data BEI pada Jumat (21/10) pukul 10.17, harga saham MTEL menguat hingga 0,71 persen menjadi Rp710/saham.

Kendati sebagain besar saham sektor properti hingga menara mengalami penguatan harga saham di pagi ini, terdapat sejumlah emiten di sektor ini yang sahamnya terkontraksi.

Emiten properti, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menjadi emiten yang terkontraksi terdalam di sektor ini, yakni mencapai minus 1,65 persen. Selain itu, saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Pakuwon Jati (PWON) juga merosot, masing-masing  minus 1,55 persen dan minus 0,45 persen.

Selain dari sektor properti, saham sektor menara juga mengalami penurunan. Adapun menurut data BEI per Jumat (21/10) pukul 10.17, harga saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) turun hingga minus 1,15 persen menjadi Rp2.570/saham.

Sedangkan emiten menara lainnya yaitu PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) juga mencatatkan penurunan harga saham sebesar 1,37 persen di level Rp144/saham.

Imbas Suku Bunga Naik Bagi Sektor Properti hingga Menara

BI kembali menaikkan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) seesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen pada rapat Oktober. Selain itu, suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga naik masing-masing 50 bps menjadi 3,50 persen dan 5,00 persen.

Adapun kenaikan suku bunga The Fed yang lebih lama berpotensi menekan mata uang negara berkembang hingga akhir 2022. BI turut memproyeksikan terjadinya depresiasi rupiah yang dapat mendorong inflasi inti kedepan.

Naiknya suku bunga acuan tentunya akan berdampak terhadap sektor properti, konstruksi, hingga menara kedepannya. Pasalnya, emiten sektor tersebut cenderung mengandalkan utang untuk ekspansi sehingga memengaruhi kinerja emiten kedepannya.

Keputusan tersebut tentunya berdampak signifikan bagi kelangsungan sektor tersebut, termasuk industri menara komunikasi di tengah penguatan mata uang dollar AS dan tingginya rasio utang emiten-emiten tersebut.

Sebut saja emiten-emiten sektor ini yang punya debt to equity ratio atau DER yang tinggi. Informasi saja, DER merupakan rasio utang dibandingkan dengan ekuitas.

Melansir laporan keuangan emiten di semester I-2022, sejumlah emiten menara tercatat memiliki rasio DER yang sangat tinggi. Sebut saja CENT yang DER nya mencapai 1.752,25 persen, tertinggi di antara emiten menara lainnya.

Menyusul CENT, emiten lain yang punya DER tinggi adalah TOWR (391,14 persen) dan TBIG (233,64 persen).

Bernasib sama, emiten-emiten sektor konstruksi juga mencatatkan DER yang tinggi. ADHI misalnya, yang DERnya mencapai 581,10 persen. Sementara emiten BUMN Karya lainnya, yaitu WIKA juga mencatatkan DER hingga 420.54 persen.

Naiknya suku bunga sebagai akibat dari inflasi juga berdampak bagi sektor properti, terutama pada proyek high rise building. Akibatnya, biaya pengembangan menjadi naik secara signifikan akibat inflasi.

Asal tahu saja, proyek high risebuilding adalah bangunan gedung yang memiliki struktur tinggi seperti apartemen hingga gedung yang difungsikan untuk perkantoran.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement