Tak hanya itu, inflasi juga turut berdampak bagi sektor residensial. Serupa dengan proyek high rise building, biaya pengembangan pada sektor ini juga diproyeksikan akan meningkat.
Kendati naiknya suku bunga akan membebani sektor ini, perekonomian Indonesia hingga akhir tahun masih diramal positif.
Dalam keterangan Sucor Flash bertajuk “Monetary Policy: Another Aggressive Rate Hike to Promote Stability” yang dirilis oleh Sucor Sekuritas pada Oktober 2022 menyebutkan, kendati suku bunga naik, BI mencatat pertumbuhan kredit pada 22 September 2022 justru tumbuh pesat.
Adapun pertumbuhan kredit pada periode ini melesat menjadi 11 persen year on year(yoy) didukung oleh perbaikan di seluruh sektor ekonomi.
“Kami sependapat dengan BI bahwa kinerja eksternal Indonesia akan membantu menstabilkan nilai tukar rupiah selain kebijakan normalisasi BI di tengah kenaikan suku bunga The Fed yang lebih lama,” tulis analis Sucor Sekuritas.
Di samping itu, BI juga memproyeksikan Indonesia akan mengalami surplus transaksi berjalan di semester II-2022. BI menegaskan bahwa Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia akan tumbuh mendekati proyeksi BI atas pertumbuhan PDB sebesar 5,3 persen di tahun ini.
“Kombinasi surplus transaksi berjalan, suku bunga acuan yang lebih tinggi, dan pertumbuhan PDB yang lebih cepat di semester II-2022 akan memberikan katalis positif bagi pasar ekuitas maupun obligasi di akhir tahun,” tulis analis Sucor Sekuritas.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.