Pasalnya, perang tarif membuat ekonomi di negara mitra dagang melemah dan menekan permintaan industri terhadap batu bara.
“Nah, kita masih ada kekhawatiran kalau seandainya kondisi ini terjadi terus-menerus sehingga pertumbuhan ekonomi mereka menjadi lambat, ini akan mempengaruhi permintaan batu bara,” ujar Arsal.
Arsal mencontohkan, China masih bisa memproduksi batu bara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mereka, sehingga impor komoditas energi yang sebelumnya dilakukan bisa ditiadakan.
“China sendiri sebenarnya bisa memproduksi bisa sampai memenuhi kebutuhan dalam negeri mereka, bisa penuhi. Karena mereka paling banyak, kapasitas mereka bisa sampai 5 miliar (ton), mungkin tahun kemarin hanya 4,5 miliar, kurang lebih 200-300 juta itu impor,” tuturnya.
Begitu juga India, pasokan batu bara masih cukup banyak, sehingga impor dapat dikurangi atau justru ditiadakan.
(Fiki Ariyanti)