IDXChannel - Mayoritas bursa Asia merosot pada perdagangan Jumat (28/10) menyusul perubahan tajam di Wall Street karena investor bersaing dengan data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang beragam dan hasil yang mengecewakan dari perusahaan raksasa teknologi.
Indeks Nikkei Jepang melorot 0,60% atau 164,59 poin ke 27.097,38, Indeks Australia ASX jeblok 0,70% atau 49,50 ke 6.992,80. Indeks Taiwan TSEC susut 0,37% atau 53,25 ke 12.867,95.
Indeks Hang Seng Hongkong turun tipis 0,02% atau 3 poin ke 15.424,94. Indeks Shanghai China tergelincir 0,53% atau 15,88 poin ke 2.967,02. Dan hanya Indeks Strait Times Singapura yang menguat dengan kenaikan sebesar 0,50% atau 15,59 poin ke 3.030,83
Mengutip Bloomberg, pasar saham AS turun di tengah kejatuhan Amazon.com Inc karena penjualannya tertinggal dari perkiraan. Saham Apple Inc. naik sedikit setelah bergejolak.
Di pasar obligasi dan mata uang, pedagang mengawasi tekanan lebih lanjut pada Bank of Japan yang membuat keputusan kebijakan pada Jumat ini. Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida mengumumkan anggaran tambahan untuk stimulus ekonomi menjelang rilis suku bunga.
Bank Sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga terendahnya, yaitu kebijakan yang memicu penurunan Yen dan menempatkan BOJ berselisih dengan pasar obligasi global.
Sementara itu, ekuitas Hong Kong jatuh ke level terendah 13 tahun, karena tersengat sentimen pengetatan kekuasaan Presiden China Xi Jinping yang tidak memiliki dampak yang sama di dalam negeri.
Imbal hasil obligasi turun di Australia dan Selandia Baru menyusul penurunan yang membuat suku bunga treasury 10 tahun jauh di bawah 4%. Mata uang stabil di awal perdagangan bursa Asia setelah kenaikan dolar AS pada Kamis kemarin.
Data produk domestik bruto (PDB) menunjukkan bahwa ekonomi AS rebound setelah terkontraksi dua kuartal, tetapi juga menyoroti belanja konsumen tetap di bawah tekanan karena inflasi.
Ekonom masih memperkirakan The Fed akan menaikkan tiga perempat poin persentase atau 75 basis poin untuk keempat kalinya berturut-turut pada pertemuan minggu depan. Namun dengan data terbaru, investor memperkirakan FOMC akan memperlambat laju pengetatan setelah pertemuan November.
"Retorika pembuat kebijakan akhir-akhir ini juga mendukung perkiraan kami bahwa Fed memperlambat laju kenaikan menjadi 50 bps pada Desember, setelah kenaikan 75 bps pada November," tulis Tim Ekonom Goldman Sachs, termasuk Daan Struyven.
Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga acuan pada Kamis sebesar 75 bps. Sesuai dengan ekspektasi dan mengisyaratkan pengetatan lebih lanjut ke depan.
(FAY)