IDXChannel - Telah disetujuinya rencana penerbitan saham baru lewat skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 4,6 miliar saham oleh PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) membuat prospek saham perbankan tersebut banjir apresiasi.
Pasalnya, aksi korporasi yang biasa dikenal dengan istilah Rights Issue itu dapat dipastikan bakal mempertebal posisi rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perusahaan, dari semula 17,3 persen pada September 2022, menjadi sekitar 19 hingga 20 persen pasca pelaksanaan rights issue.
"Dengan target perolehan (dana dari rights issue) sekitar Rp4,13 triliun, kami memperkirakan bakal memperkuat posisi CAR, sehingga mendongkrak pertumbuhan kredit ke depan," ujar Analis RHB Sekuritas Indonesia, Ryan Santoso dan Andrey Wijaya, dalam risetnya, Kamis (10/11/2022).
Terlebih, menurut mereka, pemerintah juga berencana meningkatkan pemberian subsidi pembelian rumah menjadi 200 ribu unit di tahun depan. Jumlah target tersebut meningkat cukup signifikan dibanding target realisasi tahun ini yang sekitar 168 ribu unit hingga akhir tahun.
Di lain pihak, riset RHB Sekuritas juga mengapresiasi persetujuan pemegang saham BBTN terhadap rencana manajemen terkait penjualan aset-aset tidak produktif berupa kredit bermasalah (non performing loan/NPL) milik perusahaan.
Rencananya, aset-aset tersebut bakal dijual secara bulk sales lewat skema tukar guling (asset swap) dengan surat berharga. Dengan strategi tersebut, BBTN diperkirakan dapat membebaskan biaya provisi senilai Rp700 miliar, sekaligus menurunkan NPL sekitar 0,06 persen, dan LAR sebesar 0,18 persen.
“Perusahaan telah mendapatkan persetujuan menjual aset senilai Rp1,1 triliun dengan target transaksi tuntas pada triwulan terakhir tahun ini. Penjualan aset dengan cara bulk sales lewat skema asset swap dengan surat berharga,” tutur mereka.
Sedangkan terkait pertumbuhan kredit tahun ini, BBTN diproyeksikan mampu mencapai angka sembilan hingga 10 persen. Proyeksi tersebut didasarkan pencapaian kredit perusahaan yang tumbuh dengan baik sampai September 2022.
Dalam laporan keuangan perusahaan, nampak bahwa pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) bersubsidi BBTN mencapai 8,5 persen. Sedangkan kinerja KPR non subsidi pada saat yang sama juga melesat hingga 20,4 persen.
Dalam laporan triwulan III-2022 tersebut, BBTN memaparkan sejumlah strategi untuk mendongkrak pertumbuhan bisnis. Yang paling utama adalah fokus pada pertumbuhan kredit yang berkualitas, menciptakan produk baru yang inovatif, mendiversifikasi target pasar ke segmen yang menjanjikan margin tinggi (high yield) serta memperbaiki struktur biaya dana dengan memperbanyak porsi dana murah (CASA).
Berbekal rangkaian pertimbangan tersebut, RHB Sekuritas pun tak ragu untuk kembali memasukkan BBTN ke dalam daftar rekomendasi beli, dengan target harga di level Rp2.450 per saham. Target tersebut sekaligus juga merefleksikan kian pesatnya peningkatan laba bersih BBTN pasca pelaksanaan rights issue dan penjualan aset pada tahun ini.
RHB Sekuritas menargetkan laba bersih BBTN tumbuh menjadi Rp2,9 triliun pada 2022, dan diprediksi kembali melonjak mencapai Rp3,47 triliun pada 2023, serta melesat ke level Rp4,29 triliun pada 2024 mendatang. Proyeksi tersebut jauh di atas realisasi laba BBTN pada 2021 yang tercatat sebesar Rp2,37 triliun. (TSA)