Bunga dari obligasi tersebut lebih rendah dibandingkan dua fasilitas pinjaman yang sebelumnya telah diperoleh PGEO pada 2021, yang memiliki bunga sebesar 5,32 persen dan 5,42 persen.
"Upaya PGEO menyelesaikan pinjaman jangka pendek ini menjadi bukti bahwa green financing akan tetap menarik minat investor global," tutur Piter.
Harus dipahami bersama bahwa bisnis panas bumi membutuhkan belanja modal yang besar dengan jangka waktu yang cukup panjang.
Namun demikian, dengan adanya sumber pendanaan yang lebih murah, baik itu pinjaman lunak dari lembaga internasional maupun penerbitan green bond, setidaknya dapat mengurangi cost of financing, sehingga dapat menjaga margin ke depan.
Menurut Piter, peluang pembiayaan hijau untuk Indonesia sejauh ini cukup besar. Setidaknya ada dua faktor yang menjadi dasarnya, yaitu imbal hasil yg ditawarkan cukup tinggi dibandingkan negara lain, dan kedua, prospek ekonomi indonesia yang positif, terutama bila dibandingkan negara-negara eropa yang saat ini masih dilanda banyak persoalan termasuk perang," ungkap Piter.