sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Data Ketenagakerjaan dan Risiko Shutdown Uji Wall Street Pekan Depan 

Market news editor Nia Deviyana
28/09/2025 05:00 WIB
Rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) pekan depan akan menjadi tantangan Wall Street pekan depan.
Data Ketenagakerjaan dan Risiko Shutdown Uji Wall Street Pekan Depan. Foto: AP.
Data Ketenagakerjaan dan Risiko Shutdown Uji Wall Street Pekan Depan. Foto: AP.

IDXChannel - Rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) pekan depan akan menjadi tantangan Wall Street pekan depan. Investor berharap data tersebut berada pada jalur yang mendukung pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) lebih lanjut.

Meskipun saham AS melemah tipis pekan ini, indeks ekuitas AS masih bertahan di dekat rekor tertinggi setelah reli tanpa henti yang menempatkan indeks acuan S&P 500 (.SPX) di jalur kinerja kuartal III terbaik sejak 2020.

Di samping rilis data ketenagakerjaan, potensi shutdown atau penutupan pemerintahan AS juga menjadi sorotan.

"Data ketenagakerjaan akan membantu menunjukkan apakah pasar tenaga kerja hanya mengalami pelemahan sementara," kata Kepala Strategi Investasi di Janney Montgomery Scott, Mark Luschini, dilansir Investing, Minggu (28/9/2025).

Jajak pendapat Reuters menunjukkan non-farm payrolls naik 39.000 pada September, setelah kenaikan 22.000 pada bulan sebelumnya. Tingkat pengangguran diperkirakan sebesar 4,3 persen.

The Federal Reserve bulan ini memangkas suku bunga untuk pertama kalinya pada 2025 setelah muncul tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja. Bank sentral tersebut diperkirakan melakukan pemangkasan suku bunga standar sebesar seperempat poin persentase lagi pada pertemuan akhir Oktober, dan mungkin sekali lagi pada pertemuan terakhir tahun ini di Desember.

Ekspektasi pelonggaran moneter, termasuk lebih banyak pemangkasan di 2026, telah membantu mendorong reli terbaru yang membuat S&P 500 mencatat 25 penutupan rekor tertinggi dalam tiga bulan terakhir.

Namun, dengan inflasi yang masih tinggi, investor khawatir laporan ketenagakerjaan yang terlalu kuat bisa membuat The Fed memperlambat laju pemangkasan suku bunga. The Fed sebelumnya menaikkan suku bunga dari Maret 2022 hingga Juli 2023 untuk mengendalikan inflasi.

Ketua The Fed, Jerome Powell, pekan ini mengatakan risiko inflasi jangka pendek masih condong ke atas dan menyoroti situasi menantang yang dihadapi bank sentral.

Menjelang data ketenagakerjaan pekan depan, Kongres AS juga menghadapi tenggat untuk mencapai kesepakatan pendanaan pemerintah guna menghindari shutdown parsial. 

Meskipun investor biasanya mengabaikan dampak shutdown sebelumnya, kali ini peristiwa tersebut bisa menimbulkan keresahan lebih besar di pasar.

Salah satu faktornya adalah valuasi saham yang tinggi, dengan S&P 500 kini berada di jalur untuk mencetak kenaikan persentase dua digit selama tiga tahun berturut-turut.

(NIA DEVIYANA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement