sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Dolar Menguat Sepekan, Kudeta Militer Rusia Jadi Kekhawatiran

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
26/06/2023 09:25 WIB
Kinerja dolar Amerika Serikat (AS) masih bertahan mendekati level tertinggi dalam satu minggu terakhir terhadap sejumlah mata uang utama pada Senin (26/6).
Dolar Menguat Sepekan, Kudeta Militer Rusia Jadi Kekhawatiran. (Foto: MNC Media)
Dolar Menguat Sepekan, Kudeta Militer Rusia Jadi Kekhawatiran. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kinerja dolar Amerika Serikat (AS) masih bertahan mendekati level tertinggi dalam satu minggu terakhir terhadap sejumlah mata uang utama pada awal pekan Senin (26/6/2023).

Indeks dolar AS (DXY) stabil di level 102,395 terhadap sekeranjang mata uang setelah naik sekitar 0,44% minggu lalu dan menjadi kenaikan yang pertama dalam hampir sebulan terakhir. (Lihat grafik di bawah ini.)

Menjelang akhir pekan lalu, dolar terpantau naik terhadap euro pada Jumat (23/6/2023) setelah data aktivitas bisnis yang suram dari seluruh dunia memperburuk sentimen risiko.

Di samping itu, komentar hawkish dari bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menambah tekanan pada greenback.

Adapun kinerja Euro sempat melemah terhadap dolar AS pada minggu lalu dan terakhir naik 0,07% pada USD1,0902 di perdagangan Asia.

Mata uang tunggal benua Eropa itu telah jatuh ke level terendah satu minggu pada Jumat (23/6/2023) setelah data menunjukkan bahwa pertumbuhan bisnis zona euro hampir terhenti pada Juni.

Kondisi ini diperparah data penurunan aktivitas manufaktur yang semakin dalam dan ekspansi yang lambat dari industri jasa di Eropa.

Kinerja poundsterling naik 0,1% menjadi USD1,27285 dan sempat membalikkan penurunan 0,8% minggu lalu setelah kenaikan suku bunga 50 basis poin oleh Bank of England memicu kekhawatiran resesi Inggris.

Data Flash Purchasing Managers' Index (PMI) pada Jumat juga menunjukkan ekonomi Inggris menunjukkan tanda-tanda perlambatan bulan ini tetapi tekanan inflasi tetap tinggi.

"Sekali lagi, (ada) serangkaian data PMI yang lemah keluar dari Eropa. Sebaliknya, data PMI di Inggris dan AS terus cukup solid dalam menghadapi kenaikan suku bunga yang agresif. Pengetatan moneter yang agresif di ekonomi utama kemungkinan akan berdampak pada ekonomi global terus memburuk, yang akan mendukung safe haven dolar AS," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement