IDXChannel - Raksasa minyak Saudi Aramco mencatatkan laba bersih sebesar USD42,43 miliar di kuartal III 2022.
Perusahaan yang secara resmi bernama Saudi Arabian Oil Co ini mencatatkan kenaikan laba sebesar USD12 miliar dari sebelumnya sebesar USD30,43 miliar pada periode yang sama tahun lalu (y-o-y). Keuntungan ini didorong oleh harga minyak mentah yang lebih tinggi dan besarnya volume yang terjual.
Mengutip Wall Street Journal, laba di kuartal ketiga ini lebih rendah dari yang diperoleh dibanding kuartal (q-o-q) sebelumnya. Aramco melaporkan laba bersih kuartalan tertinggi pada periode sebelumnya sejak perusahaan minyak milik negara ini mulai melantai di bursa saham Saudi pada 2019.
Aramco mengatakan penurunan laba dibanding kuartal sebelumnya ini karena harga minyak yang lebih rendah dibandingkan dengan kuartal kedua dan penurunan margin penyulingan.
Perusahaan milik pemerintah Saudi ini menjadi salah satu perusahaan yang paling berharga secara global. Kinerjanya telah membantu mendorong pertumbuhan ekonomi Saudi bahkan ketika AS dan Eropa khawatir tentang resesi.
Perang di Ukraina dan lonjakan harga energi telah mendorong negara-negara penghasil minyak ini mencetak pendapatan jumbo. Setelah sebelumnya pasar minyak mengalami tekanan dan dunia yang sedang beralih ke bahan bakar yang lebih bersih.
Menurut proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF), Arab Saudi menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia tahun ini. Ekonomi Saudi tumbuh sebesar 7,6% yang berarti pertumbuhan tercepat dalam hampir satu dekade.
Arab Saudi sebagai pengekspor minyak terbesar di dunia juga mengalihkan pendapatan dari minyak untuk meningkatkan ekonominya. Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengesahkan kebijakan untuk sejumlah proyek pembangunan.
Namun, meskipun kerajaan mencoba untuk melakukan diversifikasi ekonomi dari minyak dengan menciptakan industri baru seperti pariwisata, pertambangan dan manufaktur mobil, minyak tetap menjadi mesin ekonomi utama negara tersebut.
Meskipun harga minyak telah mendingin sejak berada di puncaknya pada bulan Maret lalu setelah invasi Rusia ke Ukraina, namun angkanya tetap tinggi.
Minyak mentah Brent sebagai patokan minyak global, dihargai rata-rata USD70,86 per barel tahun lalu dan berada di angka USD41,96 setahun sebelumnya. Terakhir, minyak Brent diperdagangkan pada angka USD95,52 per barel pada Rabu (02/11).
Aramco, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemerintah Saudi, mengatakan akan menebar dividen kepada pemegang sahamnya senilai USD18,8 miliar untuk kuartal ketiga.
Arus kas bebas (FCF) Aramco juga meningkat ke rekor USD45 miliar di kuartal tersebut, naik dari USD28,7 miliar pada kuartal yang sama tahun lalu.
Ketiban Durian Runtuh
Memang menjadi ironi di saat banyak negara tengah menghadapi krisis energi, beberapa perusahaan migas masih meraup cuan.
Mengutip The Guardian, keuntungan di perusahaan minyak terbesar dunia telah melonjak hampir £150 miliar sepanjang tahun ini karena perang Rusia di Ukraina. Perang ini mendorong harga energi meroket secara signifikan.
Pada Kamis lalu (27/10) perusahaan energi berbasis di Inggris, Royal Dutch Shell dan perusahaan Prancis TotalEnergies melaporkan laba untuk sembilan bulan pertama tahun 2022 sebesar masing-masing USD30,1 miliar dan USD28,7.
Dua raksasa migas asal negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) yakni Chevron dan ExxonMobil juga diperkirakan akan melaporkan laba tahunan mencapai USD27,3 dan USD42,7 miliar.