“Kita mengalami pertumbuhan jumlah uang beredar yang belum pernah terjadi sebelumnya di Amerika Serikat. Itulah sebabnya kami mengalami inflasi sekarang, dan itulah sebabnya, kami akan terus mengalami inflasi hingga 2023 bahkan mungkin hingga 2024,” tutur Hanke.
Menurut Hanke, Jerome Powell selaku ketua The Fed tidak memahami penyebab utama inflasi saat ini. Powell masih menekankan pada faktor pemintaan yang kuat dan pasokan yang terbatas.
Lewat penelitiannya, Hanke memperkirakan rentang inflasi yang bakal terjadi di sepanjang 2022 berkisar antara enam hingga sembilan persen. Pada bulan Juli 2022 lalu, inflasi AS memang sempat melandai, namun Indeks Harga Konsumen justru melambung 8,5 persen dari tahun sebelumnya.
Meski demikian, tak seperti Hanke, sejumlah pernyataan optimis juga muncul dari sebagian kalangan, seperti Chief Executive Officer Citi Group, Jane Fraser, yang menilai bahwa posisi AS saat ini masih cukup jauh dari kondisi resesi.
“Hanya sedikit data yang Saya lihat menunjukkan bahwa AS sedang berada di puncak resesi,” ujar Jane.