Padahal jika dilihat, penjualan bersih perseroan mengalami penurunan dari USD524,56 juta pada 2022 menjadi USD325,08 juta di tahun lalu.
Penyusutan rugi dikontribusi dari beban pokok penjualan yang merosot menjadi USD401,67 juta di 2023 dibanding periode 2022 yang sebesar USD791,08 juta. Pun dengan beban penjualan serta beban umum dan administrasi yang mengalami penurunan.
Sementara dari liabilitas terjadi kenaikan di 2023 menjadi USD1,60 miliar dari periode sebelumnya USD1,54 miliar. Sedangkan defisiensi modal tercatat rugi USD954,82 juta atau naik dibanding USD781,02 juta pada 2022.
Perseroan membukukan total aset sebesar USD648,99 juta pada 2023 atau turun dari realisasi periode 2022 yang sebesar USD764,55 juta.
SRIL diketahui terancam didepak dari Bursa Efek Indonesia (BEI) atau delisting karena masa suspensi saham sudah mencapai 30 bulan per 18 November 2023.