Namun PER S&P 500 saat ini sekitar 20 kali, yang artinya sudah cukup mahal.
"Kinerja S&P 500 naik 16 persen YTD, tetapi suku bunga riil yang cukup tinggi menyebabkan biaya modal (cost of capital) bergerak terlalu tinggi dan menyebabkan ketidakseimbangan. Kondisi ini menunjukkan hubungan ini menjadi semakin tidak berkelanjutan,” kata ahli strategi ekuitas JPMorgan dalam sebuah catatan.
JPMorgan juga mengacu pada metrik lain dengan membandingkan PER dengan perkiraan pertumbuhan pendapatan jangka panjang saham-saham di indeks tersebut, dan menemukan indeks mengalami overvaluasi sebesar 14 persen.
Para ahli strategi juga memperingatkan tingkat utang global yang tidak berkelanjutan dikombinasikan dengan peningkatan risiko inflasi yang signifikan telah berkontribusi pada kenaikan tajam suku bunga jangka panjang. (ADF)