IDXChannel - Fitch Rating kembali menurunkan status kredit Amerika Serikat (AS) dari AAA menjadi AA+ pada Selasa (1/8/2023). Keputusan ini menyusul perkiraan penurunan fiskal selama tiga tahun ke depan serta beban utang pemerintah yang tinggi dan terus bertambah.
Penurunan peringkat terjadi akibat alotnya drama kesepakatan plafon utang awal tahun ini dan mempertaruhkan status default negara adidaya tersebut.
Utang AS yang tertuang dalam instrumen obligasi selama ini telah lama dianggap sebagai safe haven yang paling aman. Namun, penurunan peringkat kredit ini menunjukkan bahwa obligasi AS kehilangan sebagian tajinya.
Penurunan peringkat ini pada gilirannya memiliki dampak potensial pada segala hal mulai dari tingkat hipotek hingga kontrak yang dilakukan di seluruh dunia.
Langkah tersebut dapat menyebabkan investor menjual Treasuries AS, dan bisa menyebabkan lonjakan imbal hasil yang berfungsi sebagai referensi suku bunga pada berbagai instrumen pinjaman.
Fitch menegaskan AS juga mengalami penurunan fiskal selama tiga tahun ke depan, adanya beban utang pemerintah yang tinggi dan terus meningkat.
Fitch mengatakan keputusan itu tidak hanya didorong oleh kebuntuan pagu utang terbaru, melainkan kemerosotan yang stabil dalam standar tata kelola fiskal AS selama 20 tahun terakhir.
Pengumuman penurunan rating Fitch datang dua bulan setelah eksekutif dan legislatif AS mencapai kesepakatan plafon utang pemerintah USD31,4 triliun.
Dolar hingga Obligasi Pemerintah Terdampak
Imbal hasil Treasury AS turun tipis pada Rabu (2/8) setelah lembaga pemeringkat Fitch menurunkan peringkat kredit teratas negara itu. Treasury 10-tahun turun 0,47 persen di level 4,031 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Tony Sycamore, analis pasar di IG dalam sebuah catatan kepada klien mengatakan kondisi ini akan berpotensi mendorong keluarnya aliran dana dari AS ke pasar negara berkembang termasuk Asia untuk menghindari risiko.
"Ini kemungkinan akan memicu aliran penghindaran risiko saat pasar Asia dibuka kembali. Penghindaran risiko berarti ekuitas yang lebih rendah dan pembelian mata uang safe haven seperti yen Jepang dan franc Swiss terhadap mata uang berisiko seperti AUD dan NZD serta pembelian Treasuries,” tulis Tony dalam sebuah catatan kepada klien.
Sementara indeks dolar juga mengalami penurunan pada perdagangan hari ini sebesar 0,04% di level 102,043 pada pukul 10.16 WIB.
"Kami tidak berpikir keputusan Fitch berpengaruh. Tentu saja, kami telah melihat pasar bergerak sedikit pagi ini. Tetapi dalam waktu dekat, saya tidak berpikir itu akan menjadi pendorong yang lebih tahan lama untuk pasar mata uang,” kata Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang senior di National Australia Bank (NAB).
Kinerja dolar juga masih terbebani data ekonomi pada Selasa yang menunjukkan lapangan pekerjaan di AS tetap pada level yang konsisten dengan kondisi pasar tenaga kerja yang ketat.
Merespon penurunan dolar, yen Jepang sempat naik 0,1 persen lebih kuat pada level 143,21 per dolar.
Risalah pertemuan kebijakan Bank of Japan (BOJ) Juni yang dirilis Rabu pagi juga menunjukkan bahwa dewan menyetujui perlunya mempertahankan kebijakan ultra-longgar untuk saat ini.
Dolar sempat menguat pada perdagangan kemarin Selasa (1/8) setelah data aktivitas manufaktur China kembali berkontraksi pada Juli.
Kondisi ini semakin memperkuat spekulasi pasar tentang perlunya lebih banyak langkah stimulus dari Beijing saat mesin ekonomi terbesar kedua dunia tersebut kehabisan tenaga untuk pemulihan ekonominya.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, kembali naik 0,16 persen di level 101,790 pukul 09.09 WIB Selsasa, setelah ditutup menguat 0,22 persen pada Senin (31/7). (ADF)