Keterkaitan dengan pemerintah daerah dan pusat memungkinkan bank ini menyalurkan volume besar kredit dengan risiko rendah, seperti kredit pegawai dan pensiunan, serta memperkuat akses pendanaan dari entitas pemerintah daerah.
Namun, rasio kredit bermasalah (NPL) BJB tercatat naik menjadi 2,6 persen per Juni 2025, dibandingkan rata-rata empat tahun terakhir sebesar 1,7 persen. Kenaikan ini dipicu oleh peningkatan NPL di segmen korporasi dan komersial.
Fitch menilai, potensi kenaikan lanjutan masih dapat terkendali karena porsi besar kredit gaji dengan sistem pemotongan langsung dari rekening gaji.
Selain itu, margin bunga bersih (NIM) BJB diperkirakan akan membaik seiring penurunan suku bunga acuan domestik. Struktur pendanaan BJB yang sensitif terhadap suku bunga diproyeksikan memberikan ruang bagi pemulihan profitabilitas pada paruh akhir 2025.
Permodalan dan risiko penurunan peringkat
Fitch memperkirakan BJB akan mempertahankan buffer permodalan yang memadai, meskipun rasio Common Equity Tier 1 (CET1) sebesar 14 persen per Juni 2025 masih di bawah rata-rata industri yang berada di level 21 persen.