Menurut laporan keberlanjutan terbaru perusahaan, jejak karbon Grab yang berkantor pusat di Singapura meningkat sebesar 21 persen di 2023. Sementara emisi GOTO yang merupakan pemilik aplikasi ride-hailing buatan Indonesia yakni Gojek, turun sebesar 11 persen.
Menariknya, perbedaan kinerja emisi ini terjadi ketika Grab melaporkan pertumbuhan pendapatan pada tahun 2023 sebesar 30 persen, sementara pendapatan GOTO hanya tumbuh sebesar 3 persen.
Artinya, di tengah tuntutan meraih kentungan yang tinggi terdapat konsekuensi lingkungan yang harus dihadapi, di antaranya peningkatan emisi operasional.
Ini juga merupakan tahun kedua berturut-turut peningkatan emisi bagi Grab. Meski tahun lalu, emisi GOTO juga tercatat meningkat.
Emisi langsung Grab yang masuk ke dalam Scope 1 melonjak sebesar 142 persen, sementara emisi Scope 2 dari pengadaan listrik meningkat sebesar 15 persen dan emisi Scope 3 atau emisi rantai nilai penuh yang mencakup lebih dari 95 persen profil emisi perusahaan naik sebesar 20 persen.