Aturan tersebut mengaburkan prospek ketersediaan minyak sawit mentah dari Indonesia, dan menjungkirbalikkan harga pasar minyak nabati global. CPO yang dinilai murah dari tiga sumber minyak nabati lain justru akan menjadi yang paling mahal di tingkat dunia.
Indonesia, sebagai produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia, telah menetapkan harga acuan minyak sawit mentah untuk Februari sebesar USD1.314,78 per ton, naik dari Januari yang saat itu sejumlah USD1.307,76 per ton, menurut data Kementerian Perdagangan, Jumat (28/1).
Kenaikan harga minyak sawit dimungkinkan akan mendorong para pembeli utama yang biasanya datang dari India, Cina, Pakistan dan sejumlah negara Afrika lainnya untuk beralih ke minyak kedelai (soyoils) dan minyak bunga matahari (sunflower oils), saingan dari minyak sawit.
"Pembatasan ekspor Indonesia telah mengubah dinamika pasar global," kata Kepala Eksekutif Sunvin Group sekaligus Konsultan Minyak Nabati, Sandeep Bajoria, dilansir Reuters, Senin (31/1/2022).
Di tengah masalah cuaca dan pembatasan tenaga kerja akibat virus corona, Sandeep menilai pembatasan ekspor di Indonesia membebani pasar sawit global.