Laporan ini bertolak belakang dengan survei sehari sebelumnya dari American Petroleum Institute (API) yang menunjukkan penurunan stok sebesar 2,79 juta barel.
Minyak terapresiasi meskipun ada peningkatan persediaan seiring harga telah turun 13 persen sejak awal bulan akibat kekhawatiran permintaan menyusul perlambatan ekonomi di AS dan China, meskipun persediaan global terus menurun.
EIA menjelaskan, kekhawatiran ekonomi yang terus-menerus telah mengurangi ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan permintaan minyak global.
“Perlambatan aktivitas ekonomi global dan berkurangnya permintaan bahan bakar di China serta tanda-tanda melambatnya pertumbuhan lapangan kerja di AS dalam beberapa bulan terakhir, telah membatasi momentum kenaikan harga dalam beberapa bulan terakhir," tulis EIA dalam Laporan Prospek Energi Jangka Pendek yang dirilis pada hari Selasa.
"Namun, kami masih memperkirakan harga minyak akan naik dalam beberapa bulan mendatang, didorong oleh penarikan berkelanjutan dari persediaan minyak global sebagai akibat dari pemotongan produksi OPEC+,” katanya.