Langkah ini bertujuan mempercepat pengembalian 2,2 juta barel per hari dari pemangkasan produksi sukarela, sekaligus memberikan sanksi kepada anggota yang memproduksi melebihi kuota, termasuk Kazakhstan.
“Langkah yang sebagian besar digerakkan oleh Arab Saudi ini tampaknya merupakan respons terukur terhadap ketidakpatuhan internal—terutama dari Kazakhstan—dan juga selaras dengan dorongan Presiden Trump untuk menekan harga minyak,” kata Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, Ole Hansen, dilansir MT Newswires.
“Dalam jangka panjang, OPEC bisa saja diuntungkan melalui peningkatan pangsa pasar, karena harga rendah yang bertahan lama dapat mengancam kelangsungan produsen dengan biaya tinggi,” ujarnya.
Sementara itu, AS dan China mengumumkan rencana untuk melanjutkan perundingan demi mengakhiri perang dagang, menyusul keputusan Presiden AS Donald Trump bulan lalu yang menaikkan tarif impor dari China hingga 145 persen.
Sebagai balasan, China juga mengenakan tarif tinggi atas barang-barang asal AS, yang nyaris menghentikan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia itu.