“Pasar mulai bertanya-tanya bagaimana hal itu akan memengaruhi arus pasokan. Ada kekhawatiran ketersediaan minyak dari pasar non-sanksi semakin ketat, karena kesempatan membeli minyak dari pasar abu-abu akan berkurang jika sanksi makin diperketat,” kata mitra di Again Capital, John Kilduff.
Investor juga mencermati Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) 2025 yang berlangsung 31 Agustus–1 September. Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan forum tersebut untuk mendorong visi tatanan keamanan dan ekonomi global baru yang mengutamakan “Global South”, sebagai tantangan langsung terhadap Amerika Serikat.
Lebih dari 20 pemimpin negara non-Barat hadir, termasuk Perdana Menteri India Narendra Modi yang untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun mengunjungi China. Kilduff menilai konferensi ini dapat memicu reaksi Presiden Trump dan membuka peluang sanksi sekunder lebih luas, khususnya terhadap India, yang pada gilirannya memberi dukungan tambahan pada harga minyak.
“Ini konferensi penting yang seharusnya lebih banyak mendapat perhatian,” ujarnya.
Di sisi lain, India sedang menjajaki perjanjian perdagangan bilateral dengan AS, kata Menteri Perdagangan India Piyush Goyal pada Selasa. Hal ini terjadi hanya beberapa hari setelah Washington menggandakan tarif terhadap produk India sebagai hukuman atas keberlanjutan impor minyak Rusia oleh New Delhi.