Dalam laporannya, ING menyebut pasar minyak diperkirakan tetap mengalami surplus besar hingga 2026.
Namun lembaga tersebut memperingatkan kenaikan risiko pasokan akibat serangan drone Ukraina terhadap fasilitas energi Rusia dan menyoroti penyitaan kapal tanker oleh Iran di Teluk Oman setelah kapal itu melintas di Selat Hormuz, jalur penting bagi sekitar 20 juta barel per hari aliran minyak global.
Menurut Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial, volatilitas harga minyak kemungkinan tetap tinggi selama risiko geopolitik meningkat di tengah ekspektasi bertambahnya pasokan global.
Data posisi terbaru menunjukkan spekulan menambah posisi net long di ICE Brent sebesar 12.636 lot pada pekan pelaporan terakhir, menjadi total 164.867 lot hingga Selasa lalu. ING mengatakan kenaikan itu terutama dipicu aksi short-covering dan menunjukkan para pelaku pasar enggan menahan posisi jual di tengah ketidakpastian sanksi.
Sementara itu, analis UBS Giovanni Staunovo memperkirakan harga minyak tetap mendapat dukungan. “Kenaikan jumlah minyak di laut belum mendorong peningkatan persediaan di darat,” tulis Giovanni.