Salah satu agenda strategis BRMS ke depan adalah pembangunan tambang emas bawah tanah di Poboya, yang ditargetkan mulai beroperasi pada pertengahan 2027. Terowongan decline telah mencapai kedalaman lebih dari 200 meter, dan proyek dikerjakan oleh Macmahon Indonesia.
Tambang ini diharapkan memproduksi emas dengan kadar lebih tinggi, yakni 4,9 gram per ton.
UOB Kay Hian memproyeksikan pendapatan BRMS akan mencapai USD245 juta pada 2025, dengan EBITDA sebesar USD101 juta dan laba bersih USD46 juta.
Proyeksi tersebut naik menjadi USD70 juta pada 2027. Return on equity (ROE) diperkirakan meningkat dari 5,9 persen pada 2025 menjadi 6,9 persen di 2027, seiring membaiknya profitabilitas dari proyek baru.
Dari sisi valuasi, BRMS diperdagangkan pada EV/EBITDA 2025 sebesar 38,9 kali, lebih rendah dibanding valuasi target Rp610 yang mencerminkan EV/EBITDA sebesar 54,5 kali.