IDXChannel – Dua pemain nikel, PT Trimegah Bangun Persada atau Harita Nickel (NCKL) dan PT Merdeka Battery Minerals (MBM) akan segera melantai di bursa, yang tentunya menjadi angin segar bagi industri ini.
Menurut sumber Bloomberg, Harita Nickel atau NCKL telah menjual sekitar 8 miliar saham dengan harga masing-masing Rp1.250. Sementara itu, perseroan menawarkan sebanyak 8,1 miliar saham dengan harga Rp1.220 hingga Rp1.250/saham.
Berdasarkan prospektus yang diterbitkan, jumlah saham yang ditawarkan entitas milik Harita Group tersebut dalam IPO sebanyak-banyaknya 12,1 miliar saham atau 18 persen dari total modal ditempatkan dan disetor.
Samuel Sekuritas dalam risetnya bertajuk “Here Comes the New Challenger” yang dirilis pada 16 Maret 2023 lalu mengatakan, dengan jumlah saham yang beredar dan laba bersih NCKL sebesar Rp4,3 triliun pada 11 bulan 2022, valuasi NCKL berada di kisaran 17,3 kali hingga 17,8 kali.
Adapun, valuasi tersebut dihitung berdasarkan angka price to earnings ratio (PER) dari perusahaan ini.
“Rasio ini diperdagangkan pada nilai 2,6 persen hingga 5,1 persen lebih tinggi dari rata-rata industrinya,” kata Samuel dalam risetnya.
Rencananya, NCKL akan melakukan pencatatan saham di bursa atau listing pada 12 April 2023 mendatang.
Di sisi lain, anak usaha emiten tambang PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), yakni MBM juga bakal menyusul NCKL listing di bursa pada 18 April 2023 mendatang.
Perusahaan ini bakal melakukan penawaran perdana saham dengan melepas sebanyak 11 miliar saham dengan kisaran harga Rp780 sampai Rp795/saham.
Tercatat, dana IPO dari MBM akan digunakan untuk membayar pinjaman sebesar USD300 juta, investasi, modal kerja, dan pengembangan pabrik High Pressure Acid Extraction (HPAL) berkapasitas 60 ribu ton/tahun.
Potensi Sektor Nikel dan Pendatang Baru Industri Ini
Melantainya kedua perusahaan di atas tak lepas dari besarnya potensi industri nikel di Tanah Air yang merupakan komponen utama dalam pembuatan batu baterai untuk EV.
Mengutip data dari Financial Times, hingga tahun 2022, cadangan nikel di Indonesia mencapai 21 juta ton, setara dengan cadangan nikel di Australia.
Selain dikenal memiliki cadangan nikel yang jumbo, Indonesia juga menjadi produsen komoditas nikel terbesar di dunia.
Sebagaimana disebutkan dalam Financial Times, pada 2022, Indonesia berhasil memproduksi nikel sebanyak 1,6 juta ton, mengungguli negara-negara produsen nikel lainnya yang angka produksi nikelnya pada tahun yang sama kurang dari 0,5 juta ton.
Di samping itu, baik NCKL maupun MBM memiliki potensi yang menarik ditopang oleh kekuatan perusahaan sebagai pemain nikel.
Tercatat, NCKL memiliki tambang dan hilirisasi nikel di Pulau Obi yang menjadi salah satu Proyek Strategi Nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Presiden No. 109 tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Lebih lanjut, pelaksana PSN Kawasan Industri adalah PT Trimegah Bangun Persada bersama tenan atau perusahaan afiliasi yang telah beroperasi, yakni PT Gane Permai Sentosa, PT Halmahera Jaya Feronikel dan PT Megah Surya Pertiwi, termasuk perusahaan partner perusahaan yang lain yakni, PT Halmahera Persada Lygend.