sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Imbal Hasil Obligasi AS Rekor Lagi, Gara-Gara Empat Hal Ini

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
29/09/2023 10:54 WIB
Imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun (US 10-Treasury) terus mengalami kenaikan imbas sejumlah sentimen.
Imbal Hasil Obligasi AS Rekor Lagi, Gara-Gara Empat Hal Ini. (Foto: MNC Media)
Imbal Hasil Obligasi AS Rekor Lagi, Gara-Gara Empat Hal Ini. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun (US 10-Treasury) terus mengalami kenaikan imbas sejumlah sentimen. Pagi ini, Jumat (29/9/2023), imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun berada di level 4,6 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun untuk pertama kalinya naik sejak sebelum Krisis Keuangan Global 2008 pada akhir pekan lalu.

Imbal hasil obligasi 10-tahun ini saat ini melebihi tingkat inflasi tahunan AS, yang sebesar 3,7 persen pada Agustus. (Lihat grafik di bawah ini.)

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar juga sempat mencapai level tertinggi pada minggu ini, mencapai 4,65 persen. Sementara tingkat suku bunga obligasi tenor 30 tahun bahkan mencapai sekitar 4,71 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun digunakan sebagai proksi tingkat suku bunga hipotek dan dipandang sebagai tanda sentimen investor terhadap perekonomian.

Kenaikan Imbal hasil obligasi pemerintah AS ini dipengaruhi beberapa sentimen. Di antaranya adalah inflasi yang masih belum sepenuhnya terkendali, sikap bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang hawkish, naiknya harga energi, hingga isu meningkatnya defisit anggaran AS, serta ancaman penutupan pemerintah (shutdown) yang dimulai pada 1 Oktober mendatang.

Kondisi ini disinyalir juga memicu kekhawatiran akan terjadinya sell off atau penjualan dan menjadi faktor yang membebani harga dan mendorong imbal hasil obligasi pemerintah AS ini akan lebih tinggi.

Departemen Keuangan AS pada 31 Juli lalu mengumumkan bahwa mereka memperkirakan akan meminjam USD1,007 triliun pada kuartal ketiga tahun ini, jauh di atas perkiraan bulan Mei sebesar USD274 miliar dan merupakan angka tertinggi yang pernah ada.

Sementara itu, kenaikan harga minyak dunia terus terjadi seiring dengan kebijakan OPEC+ yang digawangi Arab Saudi dan Rusia memangkas pasokan minyak global.

Harga minyak berjangka Brent dan West Texas Intermediate (WTI) pada hari ini diperdagangkan di level USD93,44 per barel dan USD92 per barel. Masing-masing harga acuan minyak tersebut telah naik 11,89 persen dan 16,93 persen secara year on year (yoy) berdasarkan data Trading Economics.

Pasca kenaikan yield obligasi, Reuters juga melaporkan indeks saham global bangkit kembali setelah penurunan sembilan hari berturut-turut pada Kamis (28/9). Ini karena harga minyak sempat turun dan imbal hasil Treasury AS juga sempat turun dari level tertingginya dalam 16 tahun.

Manajer hedge fund cum investor miliarder kenamaan, Bill Ackman yakin imbal hasil Treasury jangka panjang bisa melonjak lebih tinggi dalam jangka pendek karena inflasi yang terus-menerus.

“Saya tidak akan terkejut melihat tingkat obligasi 30 tahun menembus batasan 5 persen, dan Anda bisa melihat bunga obligasi dalam 10 tahun mendekati 5 persen,” katanya dikutip CNBC Internasional.

Pershing Square Capital Management juga menegaskan tidak percaya The Fed dapat menurunkan inflasi ke target 2 persen, sebagian karena kenaikan jumlah pekerja dan harga energi yang tinggi.

Meski demikian, Ackman mengatakan membeli obligasi pemerintah AS tenor 30 tahun tidak sepadan karena inflasi akan menggerogoti keuntungannya.

“Kita memiliki perekonomian yang masih kuat dan inflasi sebesar 3,5 persen, 4 persen, dan persisten. Pandangan kami pada dasarnya adalah Anda tidak dibayar cukup untuk menandatangani kontrak 30 tahun dengan pemerintah ini,” kata Ackman. (ADF)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement