Sedangkan dari sisi geografis, pelemahan paling tajam terjadi di Jakarta dan Kalimantan yang masing-masing mencatat kontraksi 17,6 persen dan 16,8 persen (YoY).
Data Phintraco menunjukkan penurunan tersebut berkaitan dengan berkurangnya proyek besar setelah adanya penyesuaian alokasi anggaran pemerintah.
Aditya menjelaskan, perlambatan ini tidak hanya terjadi di wilayah perkotaan besar tetapi juga di sejumlah provinsi industri, seiring realisasi proyek pemerintah yang masih terbatas.
Provinsi Jawa Timur, Banten, dan Sumatra disebut masih bergerak moderat, dengan volume penjualan belum kembali ke level pra-pandemi. "Terjadi seiring lambatnya realisasi proyek pemerintah," katanya.
Menurut Phintraco, pelemahan ini sejalan dengan realignment kebijakan fiskal pemerintah yang mulai menggeser fokus dari pembangunan fisik menuju penguatan sumber daya manusia.