"Termasuk aksi jual investor asing yang mencatat net sell Rp24 triliun sepanjang tahun, serta kejatuhan saham kapitalisasi besar, seperti PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang anjlok 20 persen," kata Arianto, Jakarta, Selasa (18/3/2025).
Selain itu, sentimen eksternal, seperti ketegangan geopolitik global dan kekhawatiran resesi AS semakin memperburuk kondisi pasar. Tekanan yang kuat ini disebut Arianto, memicu BEI memberlakukan trading halt.
"Tekanan jual yang kuat ini akhirnya memicu BEI untuk memberlakukan trading halt guna meredam kepanikan di pasar," ujarnya.
Sebelumnya, BEI mengumumkan pembekuan sementara perdagangan saham yang dipicu penurunan IHSG mencapai 5 persen.