Tak lama berselang, kapal tanker MT Kristin yang mengangkut BBM bersubsidi jenis Pertalite yang disewa Pertamina International Shipping, terbakar di perairan Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tak kurang, dari tiga insiden itu sedikitnya 25 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka.
Menurut Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, deretan insiden tersebut praktis memperburuk citra Pertamina di mata dunia, terlebih di mata investor.
"Selain banyak korban jiwa, kinerja anak usaha juga jadi ikut terdampak, sehingga membuat investor pada 'lari'. Manajemen harusnya mampu menggerakkan semua potensi yang dimiliki untuk mengamankan aset yang dikelola, termasuk juga anak usahanya," ujar Mulyanto, dalam keterangan resminya.
Menurut Mulyanto, seluruh wilayah kerja dan fasilitas produksi Pertamina merupakan obyek vital negara sekaligus aset strategis nasional. karenanya, sudah seharusnya manajemen Pertamina Group berupaya semaksimal mungkin untuk mengamankan aset tersebut.
"Sehingga citra buruk itu juga berdampak pada anak usaha yang sudah melantai di bursa. Kinerjanya bisa jeblok karena menganggap kurang patuh terhadap HSE. Kalau yang belum melantai di bursa, citranya tercoreng sebagai anak usaha badan usaha pemerintah," tegas Mulyanto. (TSA)