Selain itu, naiknya investor ritel juga didorong oleh kontribusi tingkat suku bunga yang mengakibatkan masyarakat tidak tertarik untuk melakukan simpanan atau tabungan di bank. Ditambah lagi ada potongan admin.
"Itu juga mendorong sebagian investor ritel untuk mengalihkan dana simpanan yang ada di perbankan meskipun seperti kita tahu investor ritel mungkin tabungannya di bawah 100 juta atau 200 juta misalnya, tapi mereka alihkan untuk berinvestasi ke berbagai instrumen," jelas Bhima.
Kata dia, fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi secara global. Seperti di India dan Uni Eropa kenaikan investor ritel sampai dengan 40%, kemudian di Amerika Serikat pertumbuhannya sampai 25%.
"Artinya memang sekarang ini bisa kita sebut sebagai era booming of ritel investor," pungkas Bhima.
(DES)