IDXChannel - Sepekan setelah upaya pembunuhan terhadap Donald Trump dari Partai Republik mengguncang investor, kini pengunduran diri Joe Biden dari pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) menjadi perhatian investor.
Joe Biden pada Minggu mengatakan, tidak akan mencalonkan diri kembali dan mendukung Kamala Harris untuk menjadi Capres dari Partai Demokrat.
Pengamat Pasar menilai, dengan langkah bersejarah Biden yang diambil kurang dari empat bulan sejak pemilu November, ancaman kekacauan politik akan memicu pergolakan di Wall Street, setidaknya dalam jangka pendek.
Dan apa yang disebut Trump Trade, baik untuk perusahaan energi, bank, namun buruk untuk kendaraan listrik dan energi terbarukan, mengutip Bloomberg, Senin (22/7).
Manajer Portofolio dan Kepala Strategi Pasar di Kayne Anderson Rudnick mengatakan, kini terdapat lebih banyak ketidakpastian.
"Meskipun kita mungkin merasa sudah mulai terbiasa dengan segala hal kecuali keadaan yang berjalan seperti biasa, hal ini masih merupakan segudang ketidakpastian yang harus kita terima," ujar dia.
Sementara itu, Kepala Strategi Pasar di Miller Tabak + Co, Matt Maley, mengatakan, perdagangan Trump, seperti energi akan mulai melemah dan beberapa perdagangan yang terpukul, seperti saham tenaga surya atau kendaraan listrik dapat bangkit kembali.
"Namun masih banyak ketidakpastian dan pasar tidak menyukainya. Kita akan melihat lonjakan besar dalam volatilitas antara saat ini dan Hari Buruh hingga September," katanya.
Kepala Investasi di BMO Wealth Management, Yung-Yu Ma mengatakan, pertengkaran dengan Trump kemungkinan akan terhenti sampai jelas siapa calon dari Partai Demokrat.
"Secara umum, peristiwa ini menambah ketidakpastian politik di pasar, yang kemungkinan akan mengakibatkan fluktuasi jangka pendek," tuturnya.
Kabar mundurnya Biden dalam Pilpres AS juga mengguncang pasar mata uang dan obligasi. Kekhawatiran terhadap penguatan dolar AS di bawah pemerintahan Trump yang baru, ditambah tarif dan potensi kemenangan besar Partai Republik mulai membebani aset-aset negara berkembang, yang terus terombang ambing di tengah ketidakpastian batas waktu The Fed untuk menurunkan suku bunga.
Manajer Portofolio di Neuberger Berman LLC, Jennifer Gorgoll menuturkan, dalam waktu dekat, potensi penurunan suku bunga The Fed akan mendominasi pasar, berpotensi melemahkan dolar AS dan menyebabkan penguatan komoditas dan mata uang negara-negara berkembang.
"Hal ini, ditambah dengan risiko bias yang lebih luas terkait dengan perdagangan Trump akan mempersiapkan pasar untuk menghadapi 2025 yang spektakuler, dan kami percaya negara-negara berkembang mungkin akan menjadi penerima manfaat utama dari hal ini," ujarnya.
(FAY)