Dengan demikian MBMA berpotensi meraih dana minimum sebesar Rp8,75 triliun dengan nilai kapitalisasi pasar saham sekitar Rp85 triliun.
Sebagai informasi, saat ini perseroan melalui PT Sulawesi Cahaya Mineral memiliki tambang nikel dengan kandungan mencapai 1,1 miliar bijih dry metric ton, yang mengandung 13,8 juta ton nikel dengan kadar 1,22% Ni dan 1,0 juta ton kobalt pada kadar 0,08% Co.
Adapun, kapasitas produksi tambang tersebut mencapai 14,6 juta wet metric ton pada 2024 dan mampu memenuhi kebutuhan bahan baku nikel hingga 20 tahun ke depan.
Usai melantai di bursa, Devin menyebut bahwa perseroan akan mengoptimalkan aset strategis tersebut, MBMA akan terus membangun dan mengembangkan berbagai infrastruktur yang merupakan rantai nilai hilirisasi nikel hingga menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.
“Pengoperasian dan pengembangan berbagai proyek strategis tersebut melibatkan berbagai grup bisnis yang merupakan pemain global terdepan dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik, seperti grup Tsingshan, Huayou, serta CATL,” imbuh Devin.