China pada Senin lalu melaporkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nya sebesar 7,9% (YoY) pada kuartal kedua. Persentase ini berada di bawah perkiraan 8,1% menurut jajak pendapat ekonom Reuters.
Semalam Wall Street berguguran setelah rilis penjualan ritel Amerika Serikat (AS) jauh berada di bawah ekspektasi dan nilai valuasi yang semakin melebar. S&P 500 melemah 0,71% setelah sempat menguji rekor tertingginya Senin lalu.
"Investor berupaya menyeimbangkan pembukaan kembali ekonomi karena naiknya tingkat vaksinasi, dengan juga melihat efek varian delta yang menyebar. Itu tercermin dalam perlambatan data ekonomi yang sebagian besar mengejutkan pada penurunan dalam dua pekan terakhir," tutur Craig.
Sementara Dolar terpantau tetap perkasa dibandingkan sebagian besar mata uang lainnya, saat Bank Sentral Selandia Baru menunda keputusan menaikkan suku bunga di negera itu.
Dolar telah menembus level tertingginya sejak sembilan bulan lamanya terhadap Euro dan bertahan di puncaknya baru-baru ini meskipun ada kekhawatiran Covid-19.