sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kinerja Induk Usaha Jadi Sorotan, Saham PGEO Terkena Imbas

Market news editor Taufan Sukma/IDX Channel
04/04/2023 10:13 WIB
peristiwa ledakan yang dialami Pertamina selaku induk usaha sedikit-banyak membuat tingkat kepercayaan investor terhadap SOP di Pertamina Group semakin minim.
Kinerja Induk Usaha Jadi Sorotan, Saham PGEO Terkena Imbas (foto: MNC Media)
Kinerja Induk Usaha Jadi Sorotan, Saham PGEO Terkena Imbas (foto: MNC Media)

IDXChannel - Kembalinya terjadinya ledakan kilang minyak milik PT Pertamina (Persero) di Dumai, Riau, tidak hanya berimbas pada kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut.

Anak usahanya di bidang panas bumi, yaitu PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), yang pada akhir Februari 2023 lalu baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), juga turut jadi sorotan.

Menurut Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Alfatih, sentimen pasar semacam itu memang bisa jadi sangat irrasional.

Namun harus diakui, peristiwa ledakan yang dialami Pertamina selaku induk usaha sedikit-banyak membuat tingkat kepercayaan investor terhadap standar operating procedure (SOP) di Pertamina Group semakin minim.

Hal itu kemudian yang menurut Alfatih menjadi sentimen negatif yang menekan harga saham PGEO di pasar.

"Pasar mengaitkan dengan kinerja manajemen yang kurang. Itu bisa saja terjadi," ujar Alfatih, Senin (3/4/2023).

Sebagaimana diketahui, Sabtu (1/4/2023) lalu terjadi ledakan kilang minyak di Putri Tujuh Pertamina Dumai, Riau.

Insiden tersebut mengakibatkan sedikitnya sembilan korban luka, sekaligus menambah daftar panjang tragedi ledakan, usai sebelumnya juga terjadi kebakaran Depo BBM Plumpang, Jakarta Utara.

Tak hanya sentimen dari induk usaha, menurut Alfatih, kinerja PGEO baik dari sisi keuangan maupun operasional juga turut menjadi titik lemah.

"Laporan kinerja keuangan 2022 tidak membukukan salah satu proyek bernilai jumbo karena tidak menghasilkan (Hasil) Ini tentu bukan satu capaian yang positif," tutur Alfatih.

Selain itu, lanjut Alfatih, banyak juga investor yang menyoroti pengelolaan PGEO. Misalnya pos utang jangka panjang sebesar USD600 juta, atau sekitar Rp9 triliun, yang disulap menjadi utang jangka pendek dan akan segera jatuh tempo.

Tertulis dalam laporan keuangan yang ditandatangani oleh Diretur Utama PGEO, Ahmad Subarkan Yuniarto, bahwa total utang perusahaan dengan jangka pendek tersebut terdiri atas pinjaman dari PT Bank Mandiri Tbk sebesar USD105 juta, MUFG Bank Ltd, Jakarta Branch sebesar USD105 juta dan PT Bank UOB Indonesia juga USD105 juta.

Berikutnya, berasal dari PT Bank HSBC Indonesia sebesar USD82,5 juta, Australia and New Zealand Banking Group Limited Singapore Branch USD75 juta, PT Bank BTPN Tbk (BTPN) senilai USD52,5 juta, Sumitomo Mitsui Banking Corporation Singapore Branch senilai USD52,5 juta dan The Hong Kong and Shanghai Bank Corporation Limited senilai USD22,5 juta.

Sementara, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengatakan turunnya harga saham bukan semata-mata soal utang dan minusnya kinerja PGEO.

Di luar itu, penolakan warga di sekitar proyek geothermal juga menjadi variabel yang kurang bagus. 

"Penolakan masyarakat di sekitar proyek geothermal masih berlanjut. Padahal, perusahaan harus memastikan proses yang diklaim sebagai energi terbarukan bebas dari konflik dengan masyarakat hingga memenuhi aspek dampak lingkungan yang baik," ujar Bhima.

Pada penutupan perdagangan Senin (3/4/2023), saham PGEO kembali menyentuh auto reject bawah (ARB) dengan koreksi 5,76 persen ke level harga Rp655 per lembar. Dengan demikian, saham PGEO telah mengalami koreksi lebih 25 persen sejak pertama melantai di bursa. (TSA)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement