Kemudian, TUGU juga memiliki investasi berupa penyertaan langsung sebagai pemegang saham minoritas di beberapa perusahaan asuransi lain yaitu PT Reasuransi Maipark Indonesia sebesar 14,83 persen dan PT Asuransi Staco Mandiri dengan kepemilikan saham 5,28 persen.
Katalis lain yang juga menunjukkan fundamental kuat TUGU adalah permodalan menurut Sarkia. “Perseroan memiliki kecukupan modal yang sangat kuat, ditandai dengan risk based capital (RBC) yang lebih dari 453% jauh diatas batas minimum OJK yang berada di level 120%” katanya.
Pada semester I-2024, TUGU membukukan pendapatan premi neto sebesar Rp2 triliun, naik 34 persen secara tahunan (yoy). Total pendapatan underwriting mencapai Rp1,8 triliun, tumbuh 37 persen yoy. Total pendapatan TUGU mencapai Rp 2,3 triliun, melesat 31 persen yoy.
Hal inilah yang membuat laba operasional perseroan melonjak. Tidak hanya itu marjin operasi pun meningkat menjadi 23 persen di semester I-2024 dari 18 persen di semester I-2023.
Sementara, Nurwachidah melihat, pelemahan IHSG hari ini adalah dampak dari panic selling investor dalam merespons isu-isu eksternal.
Pertama, kekhawatiran resesi ekonomi AS setelah kenaikan tingkat pengangguran ke 4,3 persen di Juli 2024.