Kedua, keputusan Bank of Japan (BoJ) untuk menaikan suku bunga acuan ke 0,25 persen yang memicu aksi sell-off pada saham-saham di Jepang pada Jumat (2/8/2024) dan Senin (5/8/2024). Kenaikan suku bunga acuan BoJ memicu penguatan signifikan nilai tukar Yen.
"Kondisi ini merugikan mayoritas emiten di Jepang yang berorientasi ekspor atau trading, beserta investor yang memanfaatkan stabilitas kebijakan moneter BoJ selama ini sebagai bagian dari strategi investasinya," ujar Nurwachidah.
Ketiga, kekhawatiran eskalasi konflik geopolitik Timur Tengah yang dapat memicu full-scale war.
Nurwachidah melihat, kondisi-kondisi di atas menyebabkan kepanikan di pasar modal Indonesia yang terindikasi dari pelemahan IHSG yang sempat mencapai 4,2 persen di sesi II perdagangan hari ini.
Padahal, data ekonomi domestik terbaru relatif solid. Realisasi pertumbuhan ekonomi berada di 5,05 persen yoy di kuartal II-2024, lebih tinggi dari ekspektasi di 5 persen yoy.