"Selain imbal hasil yang sangat baik relatif terhadap indeks lainnya, tidak ada risiko berupa rotasi sektor di pasar atau allocation active risk pada reksadana ini," tutur Adi.
Adi menjelaskan bahwa reksadana ini juga didesain tidak memiliki eksposure berlebih pada sektor tertentu. Terlebih indeks FTSE ESG hanya di-rebalancing satu kali dalam setahun.
Beranjak ke kinerja saham, berdasarkan data 2016-2021, indeks FTSE Indonesia ESG yang diterbitkan oleh FTSE Russell, mencatat pertumbuhan harga saham tertinggi sebesar 57,56 persen.
"Jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan indeks LQ 45 yang berisi saham-saham blue chip, sebesar 38,11 persen, dan pertumbuhan indeks IDX30 sebesar 41,49 persen," ungkap Adi.
Begitu pula pada instrumen surat utang, kepedulian investor terhadap aspek ESG, salah satunya tercermin pada tingginya minat terhadap obligasi berwawasan lingkungan (Green Bond) yang diterbitkan Bank Mandiri, baru-baru ini.