Dari sisi internal, para ekonom memperkirakan neraca transaksi berjalan Indonesia akan mencatat defisit sebesar 0,65 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2023, dibandingkan dengan surplus 0,99 persen dari PDB tahun 2022.
Neraca transaksi berjalan deposit disebabkan karena kinerja ekspor hingga akhir tahun diperkirakan akan terus menurun akibat harga komoditas yang rendah.
Selain itu juga didorong oleh permintaan global yang belum kuat, di tengah inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga kebijakan yang sedang berlangsung.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pada September 2023 sebesar USD20,76 miliar atau turun -5,63 persen secara bulanan (mtm), dibandingkan bulan sebelumnya pada Agustus 2023 yang sebesar USD22,0 miliar.
Meskipun neraca perdagangan RI mencatatkan surplus pada September 2023 sebesar USD3,42 miliar atau naik secara bulanan 0,30 persen, namun pertumbuhannya terus menyempit secara signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.