IDXChannel – Di dunia investasi ada istilah ‘sell in May and go away’ yang menjadi salah satu sentimen musiman untuk bursa saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah selama Mei ini tampaknya tak luput dari kecondongan tersebut.
Secara sederhana, adagium ‘sell in May and go away’ merujuk pada kinerja saham yang cenderung melemah secara historis selama Mei hingga Oktober tinimbang periode lainnya dalam setahun. Istilah ini populer di kiblat bursa saham dunia, Wall Street, di Amerika Serikat (AS).
Mengutip Investopedia, kecuali 2020, sejak 1990 indeks saham S&P 500 di secara rerata memiliki return sebesar 2% secara tahunan dari Mei sampai Oktober. Angka tersebut lebih rendah dari kinerja November ke April yang sebesar 7%.
IHSG sendiri berhasil menutup perdagangan terakhir di Mei, hari ini (Selasa, 31/5/2022), dengan melesat 1,58% ke level 7.148,97 seiring aksi beli oleh asing (net buy) sebesar Rp 4,15 triliun di pasar reguler.
‘Ngegas’ di Pekan Terakhir usai Keok di Awal Mei
Dalam sepekan ini, kenaikan IHSG bisa dibilang cukup tinggi, yakni 4,51%.
Pulihnya IHSG dalam minggu ini terjadi usai indeks saham acuan nasional ini sempat ‘terjun’ ke level 6.597,99 pada 13 Mei lalu dari penutupan 28 April di posisi 7.228,91.