IDXChannel - Minyak mentah ditutup turun pada Rabu (18/9/2024), meskipun laporan menunjukkan penurunan cadangan minyak Amerika Serikat (AS) yang lebih besar dari perkiraan.
Sementara, bank sentral AS Federal Reserve (The Fed), sesuai ekspektasi, memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps).
Berdasarkan data pasar, kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent merosot 1,33 persen secara harian ke USD72,80 per barel, sedangkan minyak WTI melemah 1,41 persen ke USD70,11 per barel.
Dalam survei mingguannya, Badan Informasi Energi (EIA) AS melaporkan bahwa cadangan minyak AS turun 1,6 juta barel pekan lalu, lebih besar dari perkiraan konsensus analis yang disurvei oleh Reuters, yang memperkirakan penurunan sebesar 0,5 juta barel.
Data ini berlawanan dengan survei dari American Petroleum Institute (API) sehari sebelumnya, yang menunjukkan kenaikan cadangan sebesar 1,96 juta barel.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), yang menetapkan kebijakan Federal Reserve, mengakhiri pertemuan dua harinya pada Rabu sore waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia dengan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin, lebih tinggi dari ekspektasi ekonom. Ini merupakan pemangkasan suku bunga pertama sejak 2020.
"Komite semakin yakin bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2 persen, dan menilai bahwa risiko terhadap pencapaian tujuan lapangan kerja dan inflasi berada dalam keseimbangan yang relatif. Prospek ekonomi tetap tidak pasti, dan Komite memperhatikan risiko terhadap kedua aspek mandat gandanya," kata FOMC dalam sebuah pernyataan.
Risiko geopolitik meningkat pada Selasa setelah pager yang digunakan oleh milisi Hezbollah di Lebanon meledak secara bersamaan, menewaskan beberapa orang dan menyebabkan ribuan cedera.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas insiden ini, meskipun Israel secara luas dianggap berada di balik serangan tersebut karena Israel dan Hezbollah saling meluncurkan serangan misil di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon.
Ledakan walkie-talkie genggam di negara tersebut juga dilaporkan pada Rabu, yang menambah jumlah korban luka.
"Timur Tengah tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian, dan peristiwa terakhir yang berani dan mengejutkan ini adalah sesuatu yang hanya terbayang dalam film fiksi ilmiah dan James Bond," tulis PVM Oil Associates, dikutip MT Newswires, Rabu (18/9).
Kekhawatiran terhadap pasokan tetap ada karena ekspor Libya terganggu di tengah perebutan kekuasaan antara dua pemerintahan yang bersaing.
Namun, produksi di Teluk Meksiko sebagian besar telah pulih setelah platform-platform memulai kembali produksi pasca Badai Francine, dengan regulator lepas pantai AS pada Selasa melaporkan hanya 0,1 juta barel per hari yang masih terhenti, turun dari hampir 0,8 juta barel pekan lalu. (Aldo Fernando)