sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

OPEC Tiba-Tiba Pangkas Produksi, Harga Minyak Lompat 6 Persen  

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
03/04/2023 07:43 WIB
Pasar minyak kembali bergejolak seiring Arab Saudi dan negara produsen minyak lain yang tergabung dalam OPEC+, Minggu (2/4), mengumumkan pemangkasan produksi
OPEC Tiba-Tiba Pangkas Produksi, Harga Minyak Lompat 6 Persen. (Foto: MNC Media)
OPEC Tiba-Tiba Pangkas Produksi, Harga Minyak Lompat 6 Persen. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pasar minyak kembali bergejolak seiring Arab Saudi dan negara produsen minyak lain yang tergabung dalam OPEC+ pada Minggu (2/4) mengumumkan pemangkasan produksi minyak sekitar 1,16 juta barel per hari.

Hal tersebut otomatis akan menyebabkan kenaikan harga minyak dunia.

Harga minyak melonjak di awal perdagangan Asia pada Senin (3/4), setelah OPEC+ berupaya menstabilkan pasar yang dilanda kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi dan potensi krisis perbankan.

Mengutip Investing, minyak Brent berjangka (futures) melonjak lebih dari 6,2% atau sekitar USD5 menjadi USD84,19 per barel. Ini menjadi level terkuat minyak dalam hampir sebulan.

Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 6,3% atau USD4,8 menjadi USD80,45 per barel.

Pemangkasan produksi tersebut menyebabkan total pengurangan produksi oleh anggota kartel minyak tersebut menjadi 3,66 juta barel per hari. Ini termasuk pemotongan 2 juta barel per hari oleh OPEC pada Oktober tahun lalu, serta pemotongan 500.000 barel per hari yang akan dilakukan oleh Rusia.

Arab Saudi, yang memimpin kartel OPEC, menyumbang porsi terbesar dari rencana pemotongan terbaru yakni sebesar 500.000 bpd. Diikuti oleh pemotongan 211.000 bpd oleh Irak dan pemotongan 144.000 bpd oleh Uni Emirat Arab.

Langkah tersebut secara tak terduga diumumkan menjelang pertemuan virtual Joint Ministerial Monitoring Committee OPEC pada hari ini, di mana kemungkinan akan menghasilkan produksi yang tetap stabil.

Namun, langkah OPEC tersebut dilakukan karena harga minyak jatuh ke posisi terendah dalam 15 bulan terakhir. Harga minyak semakin terpuruk pasca runtuhnya beberapa bank AS yang memicu kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi dan melemahnya permintaan minyak mentah.

Beberapa anggota OPEC sempat berjanji untuk campur tangan dan "menstabilkan" pasar minyak mentah setelah peristiwa perbankan tersebut.

Bank investasi Goldman Sachs kembali menaikkan perkiraan harga untuk Brent sebesar USD5 menjadi USD95 per barel pada Desember 2023, menyusul rencana pemotongan OPEC+.

Administrasi Biden juga merespon kebijakan OPEC dengan mengatakan bahwa pemotongan ini tidak disarankan. Semetara Gedung Putih telah melepas lebih dari 100 juta barel minyak mentah dari Cadangan Minyak Strategis AS sejak 2022 hingga saat ini.

Pada minggu lalu, Minyak mentah berjangka WTI sempat turun menuju USD72,5 per barel atau melemah 0,35% pada Kamis (30/3). Sementara, minyak mentah berjangka Brent merosot di bawah USD78 per barel atau turun 0,37% pada sesi yang sama.

Harga WTI dan Brent berjangka meluncur untuk sesi kedua berturut-turut setelah data resmi menunjukkan bahwa permintaan minyak sulingan (distillate oil) di AS turun ke level musiman terlemah sejak 2016 yang menunjukkan ekonomi mungkin melambat.

Rumor pemangkasan produksi minyak OPEC+ ini sebenarnya bukan barang baru.

Pada Selasa pagi (28/3), berkaca dari rencana pertemuan OPEC+ pada 03 April 2023 banyak analis telah memprediksi negara-negara Timur Tengah ini mungkin tergoda untuk melakukan pengurangan produksi untuk mengerek harga.

Arab Saudi sebagai pemimpin OPEC juga mengatakan kartel minyak harus menjaga pasokan tetap stabil untuk 2023 untuk mengantisipasi dan menavigasi pemulihan permintaan minyak global yang rapuh dan juga diselimuti oleh gejolak perbankan.

Arab Saudi juga semakin memperketat hubungannya dengan Rusia dan China. Baru-baru ini, diketahui Saudi Aramco dilaporkan akan membangun kilang baru di China. Salah satu proyek baru yang paling ditunggu-tunggu di Asia akan segera dimulai di mana Saudi Aramco akan membangun kilang greenfield senilai USD10 miliar di Panjin, China.

Kilang ini akan dibangun dengan kapasitas 300.000 barel per hari untuk mengamankan hak pasokan eksklusif hingga 70% dari kebutuhan kilang.

Berdasarkan analisis Oilprice Selasa (28/3), ada banyak peluang bagi sentimen bullish harga minyak di minggu mendatang. Salah satunya adalah keputusan mengejutkan OPEC di awal pekan ini. (ADF)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement