Arab Saudi, yang memimpin kartel OPEC, menyumbang porsi terbesar dari rencana pemotongan terbaru yakni sebesar 500.000 bpd. Diikuti oleh pemotongan 211.000 bpd oleh Irak dan pemotongan 144.000 bpd oleh Uni Emirat Arab.
Langkah tersebut secara tak terduga diumumkan menjelang pertemuan virtual Joint Ministerial Monitoring Committee OPEC pada hari ini, di mana kemungkinan akan menghasilkan produksi yang tetap stabil.
Namun, langkah OPEC tersebut dilakukan karena harga minyak jatuh ke posisi terendah dalam 15 bulan terakhir. Harga minyak semakin terpuruk pasca runtuhnya beberapa bank AS yang memicu kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi dan melemahnya permintaan minyak mentah.
Beberapa anggota OPEC sempat berjanji untuk campur tangan dan "menstabilkan" pasar minyak mentah setelah peristiwa perbankan tersebut.
Bank investasi Goldman Sachs kembali menaikkan perkiraan harga untuk Brent sebesar USD5 menjadi USD95 per barel pada Desember 2023, menyusul rencana pemotongan OPEC+.