IDXChannel - Prospek bisnis inti PT United Tractors Tbk (UNTR) dinilai masih menghadapi tantangan signifikan di tengah melemahnya industri pertambangan batu bara serta kondisi pasar komoditas yang belum sepenuhnya pulih.
Dalam paparan kinerja kuartal III-2025 pada Senin (17/11/2025), manajemen mengumumkan revisi turun sejumlah target operasional 2025 sekaligus memberikan panduan awal untuk 2026.
UNTR memangkas target penjualan alat berat Komatsu tahun ini dari 4.600 unit menjadi 4.500 unit. Permintaan untuk alat berat berukuran besar melandai seiring lesunya sektor tambang batu bara.
Manajemen juga memperkirakan situasi tersebut berlanjut pada 2026, sehingga target penjualan tahun depan dipatok konservatif di kisaran 4.300-4.500 unit.
Pada segmen kontraktor tambang, target volume overburden 2025 ikut disesuaikan dari 1,18 miliar bcm menjadi 1,13 miliar bcm. Penurunan ini mengikuti revisi produksi dari sejumlah klien.
Meski begitu, volume kuartal IV-2025 diperkirakan dapat meningkat tipis sekitar 2 persen QoQ, didorong ekspektasi cuaca yang membaik.
Untuk 2026, perseroan memproyeksikan volume relatif stabil atau sedikit lebih tinggi, didukung kontrak jasa pertambangan dari PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Penjualan batu bara UNTR sempat turun 14 persen secara kuartalan pada kuartal III akibat keterlambatan pengiriman. Dampaknya, sebagian volume akan terbawa ke kuartal IV.
Manajemen mempertahankan target penjualan 14,6 juta ton pada 2025 dan menaikkannya menjadi 18,8 juta ton pada 2026, seiring penambahan kapasitas yang siap beroperasi tahun depan melalui penyelesaian konstruksi jetty dan pelabuhan.
Di segmen emas, target penjualan 2025 mencapai 234 ribu troy ounce, namun berpotensi melandai ke 215-220 ribu troy ounce pada 2026 karena keterbatasan kapasitas fasilitas tailing. Ekspansi fasilitas tersebut baru akan tuntas pada 2027.
Sementara itu, segmen nikel ditargetkan mencatat penjualan sekitar 2 juta ton pada 2025 dan tetap stabil tahun depan. UNTR kini melanjutkan pengembangan smelter RKEF di tambang Stargate, yang dijadwalkan mulai uji coba pada kuartal IV-2025 dan beroperasi penuh pada awal 2027.
Terkait rencana penerapan bea ekspor emas oleh pemerintah, UNTR berupaya mengalihkan sebagian penjualan ke pasar domestik. Perseroan mulai menjajaki kerja sama dengan sejumlah pembeli lokal, termasuk Aneka Tambang (ANTM) dan Hartadinata Abadi (HRTA).
Namun, manajemen belum dapat memberikan estimasi proporsi volume yang dapat dialihkan, mengingat saat ini segmen emas UNTR masih sangat bergantung pada pasar ekspor.
Outlook: tekanan berlanjut, diversifikasi jadi kunci
Riset Stockbit menilai, outlook bisnis inti UNTR belum menunjukkan perbaikan berarti, sejalan dengan analisis sebelumnya dalam laporan Unboxing Mining Contractors. Karena itu, pandangan terhadap saham UNTR tetap berada di posisi netral.
"Secara umum, kami menilai outlook kinerja bisnis inti UNTR masih cenderung menantang, sehingga kami mempertahankan pandangan yang cenderung netral terhadap UNTR," tulis riset Stockbit, Selasa (18/11/2025).
Dalam kondisi bisnis inti yang kurang kondusif, upaya diversifikasi UNTR ke sektor non-batu bara menjadi fokus jangka panjang perseroan.
Tahun ini, perseroan menyelesaikan akuisisi tambang emas Doup milik anak usaha PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB). Tambang tersebut diproyeksikan beroperasi komersial pada 2028 dengan kapasitas produksi 140.000-155.000 troy ounce per tahun.
Selain itu, UNTR juga aktif mengevaluasi peluang akuisisi tambang emas, tembaga, dan mineral lainnya, terutama di Australia. Langkah ini dinilai penting untuk menjaga pertumbuhan dan memperkuat total shareholder return (TSR) ke depan.
(DESI ANGRIANI)