IDXChannel - Saham emiten perkebunan sawit atau produsen crude palm oil (CPO) mencatat reli impresif sepanjang tahun berjalan 2025 (year to date/YtD). Beberapa emiten bahkan melonjak lebih dari 100 persen, atau mencapai level yang biasa disebut sebagai bagger di pasar saham.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR) menjadi jawara dengan kenaikan 138,77 persen YtD. Disusul Triputra Agro Persada (TAPG) yang naik 129,32 persen, serta Eagle High Plantations (BWPT) yang melesat 120,69 persen. Kinerja tak kalah solid juga dicatatkan Sampoerna Agro (SGRO) dengan reli 119,26 persen.
Emiten lain yang ikut menguat adalah Dharma Satya Nusantara (DSNG) dengan kenaikan 82,13 persen, serta Salim Ivomas Pratama (SIMP) yang naik 81,73 persen. Saham PP London Sumatra Indonesia (LSIP) juga mencatat performa positif dengan penguatan 49,84 persen.
Sementara itu, saham Astra Agro Lestari (AALI) naik 24,12 persen, dan Smart Tbk (SMAR) meningkat 22,86 persen sepanjang YtD. (Lihat grafik di bawah ini.)
Sumber: Tradingview
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai saham-saham perkebunan sawit atau CPO sedang berada dalam momentum menarik.
“Menarik, menyusul lobi pemerintah terhadap Uni Eropa, terlihat pembicaraan memasuki arah yang lebih baik,” ujar Michael, Selasa (19/8/2025).
Ia menambahkan, ada beberapa emiten yang kini menjadi perhatian pasar. “Nama-nama seperti DSNG, LSIP, dan TAPG menjadi favorit, menyusul level technical analysis yang berada dalam tren uptrend,” katanya.
Lebih lanjut, sektor perkebunan Indonesia dinilai berpeluang mendapat dukungan dari ketatnya keseimbangan pasokan dan permintaan pada 2025. Dalam riset terbarunya, Bahana Sekuritas memberikan rekomendasi overweight untuk sektor ini.
Analis Bahana menilai, permintaan CPO akan terdorong program B40 yang mewajibkan pencampuran 40 persen biodiesel berbasis sawit dengan 60 persen solar. Di sisi lain, pertumbuhan produksi di Indonesia dan Malaysia diperkirakan terbatas.
Sebagai langkah awal, Bahana Sekuritas mulai mencakup saham DSNG, LSIP, dan TAPG dengan rekomendasi buy (beli).
Dari sisi perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengekspor 11 juta ton CPO dan produk olahannya pada periode Januari-Juni 2025. Data ini tidak mencakup minyak inti sawit, oleokimia, maupun biodiesel.
Sementara itu, harga CPO di Bursa Malaysia Derivatives kembali melanjutkan reli tiga hari berturut-turut pada Selasa (19/8/2025). Kontrak berjangka (futures) CPO untuk pengiriman November naik 0,97 persen ke posisi MYR4.603 per ton.
Kenaikan ini didukung penguatan harga minyak nabati saingan di Dalian serta pelemahan ringgit, meski tertahan oleh harga minyak mentah yang lebih lemah. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.