"Penurunan pendapatan yang mencolok disebabkan oleh kurangnya mega IPO (IPO dengan pendapatan sama dengan atau lebih besar dari USD1 miliar) di YTD 2022, dibandingkan dengan tiga mega IPO di YTD 2021 sejumlah USD3,9 miliar," sebutnya.
Bursa Asean yang paling aktif adalah Indonesia (22 IPO sejumlah USD1,3 miliar), Thailand (13 IPO sejumlah USD0,3 miliar), dan Filipina (7 IPO sejumlah USD0,3 miliar), diikuti oleh Malaysia (6 IPO sejumlah USD0,5 miliar) dan Singapura (6 IPO sejumlah USD33 juta).
Dia mengatakan, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi, mulai dari pembatasan COVID-19 dan perang di Eropa hingga kenaikan tingkat inflasi dan ketegangan AS/China yang telah melemahkan pasar IPO Asia-Pasifik pada paruh pertama tahun 2022.
"Namun serangkaian perkembangan ekonomi positif dan kebijakan baru pemerintah di China akan menghasilkan optimisme baru dan membangkitkan aktivitas IPO di seluruh kawasan Asia-Pasifik untuk sisa tahun ini," ujarnya.
(SAN)