IDXChannel - Sentimen suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat / Federal Reserve Amerika masih menjadi bayang-bayang ekonomi global sampai saat ini.
Ketika inflasi AS periode Agustus masih memanas 8,3% year on year (yoy), lonjakan suku bunga baru dianggap dapat semakin membebani konsumsi sehingga akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Semua mata saat ini tertuju pada the Fed yang akan memutuskan kebijakan suku bunganya pada pertemuan FOMC Selasa - Rabu, 20 - 21 September 2022. Sedangkan Bank Indonesia (BI) juga bakal menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur BI pada Rabu-Kamis, 21-22 September 2022.
Sejauh ini pasar masih memproyeksikan Fed bakal mengerek suku bunga sebesar 75 basis poin (bps), menambah poin persentase yang sama pada kebijakan sebelumnya. Namun, lonjakan suku bunga 100 bps kian terbuka, setelah suku bunga berjangka AS memperkirakan peluang sekitar 20%
“Kita semua takut dengan skenario pengetatan yang berlebihan yang dapat menyebabkan hard landing bagi pasar,” kata Analis Market DoubleLine, Jeffrey Sherman, dilansir Reuters, Senin (19/9/202).
Di tengah gonjang-ganjing pasar global, sejumlah analis domestik memperkirakan pasar dalam negeri masih tetap optimis menantikan hasil FOMC Fed dan RDG BI. Hal ini terlihat dari aktivitas dana di pasar investasi baik SBN maupun saham yang menunjukkan hal yang positif pada akhir pekan lalu.