Pasar Uang Asia Jatuh, Rupiah Hari Ini Ikut Melemah 0,11 Persen

IDXChannel - Nilai mata uang rupiah di pasar spot hari ini melemah atas dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (22/3/2022). Dari data Bloomberg, sampai pukul 09:09 WIB, rupiah turun -16 poin atau -0,11% di Rp14.352 per USD1.
Pasar valuta asing di kawasan Asia Pasifik terpantau kompak jatuh atas dolar AS. Data Investing menunjukkan Dolar Hong Kong koreksi -0,04% di 7,8285, Won Korea Selatan tertekan -0,25% di 1.222,90, dan Ringgit Malaysia anjlok -0,25% di 4,2135.
Dolar Taiwan turun -0,34% di 28,594, Baht Thailand longsor -0,04% di 33,695, Dolar Singapura anjlok -0,13% di 1,3593, dan Yuan China terpuruk -0,15% di 6,3653. Adapun Yen Jepang turun -0,38% di 119,93, Dolar Australia terbenam -0,22% di 0,7383, sementara Peso Filipina tumbuh 0,02% di 52,400,
Indeks dolar yang mengukur kinerja sejumlah mata uang lainnya dibuka menguat 0,21% di 98,70, setelah pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell yang meningkatkan ekspektasi keberlanjutan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi.
Yen Jepang terkena imbas atas reli dolar beruntun, dan sempat menyentuh 120,08 per dolar atau turun sekitar 4% pada bulan ini. Level tersebut merupakan area psikologis baru yen yang disentuh pertama kalinya sejak 2016.
"Divergensi kebijakan yang melebar terus mendorong yen ke level yang lebih rendah terhadap dolar AS," kata analis mata uang MUFG Lee Hardman, dilansir Reuters, Selasa (22/3/2022).
Seperti diketahui, Powell mempertegas bahwa para pembuat kebijakan di bank sentral perlu bergerak secepatnya dan mengharapkan adanya kenaikan suku bunga 50 basis poin (bp).
Dari daratan China, yuan terpantau masih bergerak konsolidatif atas di 6,3739 terhadap dolar, setelah sempat anjlok dari level tertingginya baru-baru ini. Saat ini, investor yuan sedang menunggu pelonggaran moneter yang dari otoritas setempat.
"Meskipun bank sentral China membiarkan suku bunga pinjaman 1 tahun dan 5 tahun tidak berubah, ada ekspektasi penurunan persyaratan rasio cadangan sebesar 50 bp lagi, pada awal kuartal I tahun 2022," terang Analis Scotiabank Qi Gao. (TYO)