sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pelemahan Ekonomi Dunia Bisa Bikin Harga Minyak 'Mendingin' di 2023

Market news editor Fiki Ariyanti
01/01/2023 07:23 WIB
Harga minyak dunia diperkirakan hanya akan mengalami penguatan tipis pada 2023.
Pelemahan Ekonomi Dunia Bisa Bikin Harga Minyak 'Mendingin' di 2023. (Foto: MNC Media).
Pelemahan Ekonomi Dunia Bisa Bikin Harga Minyak 'Mendingin' di 2023. (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Harga minyak dunia diperkirakan hanya akan mengalami penguatan tipis pada 2023. Ini karena pelemahan ekonomi global dan gejolak Covid-19 di China, sehingga mengancam pertumbuhan permintaan. 

Tak hanya itu, sentimen lainnya adalah untuk mengimbangi dampak kekurangan pasokan yang disebabkan oleh sanksi terhadap Rusia.

Mengutip Reuters, Minggu (01/01/2022), dalam sebuah survei terhadap 30 ekonom dan analis pada November diperkirakan, minyak mentah Brent akan mencapai rata-rata USD89,37 per barel pada 2023 atau sekitar 4,6% lebih rendah dari konsensus USD93,65 per barel.

Harga tersebut juga termasuk rendah, mengingat patokan global memiliki rata-rata USD99 per barel pada 2022.

Sementara itu, minyak mentah AS diproyeksi dengan harga rata-rata USD84,84 per barel pada 2023, dibandingkan konsensus bulan sebelumnya, yakni sebesar USD87,80.

Asisten Ekonom di Capital Economics, Bradley Saunders, mengatakan, mereka memperkirakan dunia akan tergelincir ke dalam resesi pada awal 2023 karena dampak inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga sudah terasa.

Lonjakan kasus Covid-19 di China telah menekan prospek pertumbuhan permintaan minyak Brent. Brent telah turun lebih dari 15 persen sejak awal November dan diperdagangkan sekitar USD84 per barel pada hari Jumat.

Analis senior OANDA, Edward Moya mengatakan, jika saat ini, pasar minyak masih ketat meskipun prospek permintaan global mulai melemah karena kekhawatiran resesi semakin liar. Dia menambahkan, China akan menjadi fokus utama pada kuartal pertama tahun depan.

Sebagian besar analis mengatakan, jika permintaan minyak akan tumbuh secara signifikan pada paruh kedua 2023, didorong oleh pelonggaran pembatasan Covid-19 di China dan bank sentral yang mengadopsi pendekatan suku bunga yang tidak terlalu agresif.

Dampak sanksi Barat terhadap minyak Rusia juga diperkirakan sedikit, berdasarkan jajak pendapat Minggu ini. Bahkan Moskow telah menandatangani dekrit yang melarang pasokan minyak dan produk minyak ke negara-negara yang berpartisipasi dalam batas harga Kelompok Tujuh (G7) yang berlaku mulai 1 Februari selama lima bulan.

"Jika terjadi penurunan tajam pada ekspor Rusia (yang kami perkirakan tidak akan terjadi), OPEC+ kemungkinan akan siap meningkatkan produksi untuk mencegah harga naik terlalu tinggi," kata perusahaan data dan analitik Kpler.

(Penulis: Alyssa Nazira/Magang)

(FAY)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement